Melawan Ahok, PDIP Butuh Koalisi: Ini yang Dicemaskan  

Reporter

Rabu, 1 Juni 2016 12:27 WIB

Gubernur DKI Jakarta, Ahok (kanan), menerima cinderamata saat membuka Festival Palang Pintu 2016 di Kemang, Jakarta, 28 Mei 2016. Diharapkan budaya Betawi tidak punah tergerus zaman melalui acara tahunan ini. TEMPO/M IQBAL ICHSAN

TEMPO.CO, Jakarta - Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan mengatakan butuh koalisi besar untuk mengalahkan elektabilitas Basuki Tjahaja Purnama. Hingga kini semua lembaga survei menghasilkan angka elektabilitas Gubernur Jakarta ini sekitar 40 persen, jauh dari pesaing terdekatnya.

Dewan Pengurus Daerah PDIP Jakarta mengundang Dewan Pengurus Wilayah Partai Kebangkitan Bangsa ke kantornya di Tebet, Jakarta Selatan pada 31 Mei 2016. Partai ini sudah mendapat dukungan dari Partai Amanat Nasional yang menginginkan kursi wakil gubernur. “Ini sinyal baik,” kata pelaksana tugas Ketua DPD PDIP, Bambang Dwi Hartono, Selasa, 31 Mei 2016.

Selama satu jam, kedua jajaran partai itu membicarakan arah koalisi. Pertemuan serupa juga terjadi dengan pengurus DPD Gerindra, Kamis pekan lalu. Pengurus PAN pun akan bertemu dengan mereka pada hari ini. Pertemuan yang sama sudah diatur dengan pengurus Partai Golkar dan Partai Persatuan Pembangunan. "Jaminan agar calon yang kami ajukan terpilih sekali putaran,” ujar Bambang.

Putusan Mahkamah Konstitusi 2015 mengesahkan calon tunggal dapat bertarung dalam pemilihan kepala daerah. Ahok sejauh ini akan menempuh cara itu.

Walaupun bisa mengusung pasangan calon sendiri tanpa koalisi, PDIP merasa butuh dukungan partai lain untuk melawan Ahok. Selain tak ingin arogan, rupanya ada kecemasan. "Terlalu arogan kalau kami tidak meminta dukungan. Malah bisa kalah," kata Bambang.

Ketua DPW PKB Hasbiallah Ilyas mengatakan hingga saat ini belum ada kesepakatan nama yang akan diusung bila sejumlah partai membentuk koalisi gemuk. Sebab, setiap partai masih menyaring calon gubernur secara internal. "Kalau sudah selesai, kami ajukan ke pengurus pusat. Biarlah mereka yang mempertemukan nama-nama usulan kami," katanya.

Di Dewan Perwakilan Rakyat DKI, PKB hanya memiliki enam kursi. Mereka membutuhkan 16 kursi koalisi untuk mengusung calon. Karena itu, PKB juga mulai mendekati Gerindra dan Partai Persatuan Pembangunan. "Respons semuanya positif," kata Hasbiallah.

Partai Gerindra juga menyambut baik niat PDIP untuk membentuk koalisi besar melawan Ahok. "Membangun Jakarta memang harus lewat dukungan banyak partai," kata Ketua Tim Penjaringan Partai Gerindra, Sjarief. "Tidak bisa cuma calon independen."

Pengurus Gerindra Jakarta menyerahkan tiga nama pilihan calon gubernur kepada Ketua Umum Prabowo Subianto pada 31 Mei 2016. Karena pendaftaran calon gubernur dari partai dijadwalkan pada September 2016, DPD partai berlambang garuda itu berharap koalisi besar bisa memutuskan nama yang diajukan selambat-lambatnya pada Agustus 2016. "Ada waktu tiga bulan untuk kami diskusi," kata Sjafrie.

Bakal calon Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno berharap namanya akan diusung koalisi besar ini. Baik menjadi calon gubernur maupun calon wakilnya. "PDIP itu partai wong cilik. Saya berharap bisa menjadi bagian dari platform dan koalisi yang dekat dengan rakyat," kata pengusaha tersebut.

Tim Tempo

Berita terkait

Di Acara Milenial dan Gen Z, Anies Jawab Soal Tuduhan Politik Identitas Saat Pilkada DKI 2017

27 November 2023

Di Acara Milenial dan Gen Z, Anies Jawab Soal Tuduhan Politik Identitas Saat Pilkada DKI 2017

Anies Baswedan menjawab tuduhan soal penggunaan politik identitas saat Pilkada DKi 2017 pada acara Indonesia Milleninial and Gen-Z Summit 2023.

Baca Selengkapnya

Anies Ungkit Momen Berutang di Pilkada DKI, Singgung Biaya Politik Mahal

30 September 2023

Anies Ungkit Momen Berutang di Pilkada DKI, Singgung Biaya Politik Mahal

Anies menuturkan mahalnya biaya kampanye bukan berarti ketika menjadi pejabat harus balik modal

Baca Selengkapnya

Di Acara Partai Ummat, Anies Baswedan Cerita Diberi Label saat Pilkada DKI 2017

14 Februari 2023

Di Acara Partai Ummat, Anies Baswedan Cerita Diberi Label saat Pilkada DKI 2017

Anies Baswedan menyebut ada dua pendekatan untuk menciptakan persepsi ini.

Baca Selengkapnya

Anies Baswedan Buka Suara soal Utang Rp 50 Miliar ke Sandiaga: Sudah Selesai Dulu

11 Februari 2023

Anies Baswedan Buka Suara soal Utang Rp 50 Miliar ke Sandiaga: Sudah Selesai Dulu

Anies Baswedan menegaskan tidak ada utang yang hari ini harus dilunasi.

Baca Selengkapnya

Politikus NasDem Minta Sandiaga Klarifikasi Surat Utang Anies Baswedan

11 Februari 2023

Politikus NasDem Minta Sandiaga Klarifikasi Surat Utang Anies Baswedan

Ada juga poin yang menyatakan jika Anies-Sandi menang, maka Anies Baswedan bebas dari utang tersebut.

Baca Selengkapnya

Soal Perjanjian Utang dengan Anies Baswedan, Sandiaga: Saya Baca Dulu

6 Februari 2023

Soal Perjanjian Utang dengan Anies Baswedan, Sandiaga: Saya Baca Dulu

Sandiaga belum mau menanggapi soal utang Anies Baswedan ke dirinya saat Pilkada DKI 2017.

Baca Selengkapnya

Fadli Zon Buka Suara Soal Perjanjian Anies Baswedan - Sandiaga Uno di Pilkada DKI

6 Februari 2023

Fadli Zon Buka Suara Soal Perjanjian Anies Baswedan - Sandiaga Uno di Pilkada DKI

Fadli Zon mengakui membikin draft perjanjian antara Anies Baswedan dan Sandiaga Uno saat Pilkada DKI 2017. Soal utang, Fadli tak mau bicara.

Baca Selengkapnya

Pesan Anies Baswedan untuk Kedua Putra Haji Lulung

31 Januari 2022

Pesan Anies Baswedan untuk Kedua Putra Haji Lulung

Anies Baswedan bercerita tentang dukungan yang diberikan Haji Lulung kepadanya dalam Pilkada DKI 2017.

Baca Selengkapnya

MUI DKI Bikin Cyber Army, Taufik Gerindra: Buzzer Terus Serang Anies Baswedan

20 November 2021

MUI DKI Bikin Cyber Army, Taufik Gerindra: Buzzer Terus Serang Anies Baswedan

Taufik menyampaikan penyerang ini selalu mengatakan bahwa Anies Baswedan memenangkan Pilkada, karena politik identitas.

Baca Selengkapnya

Baca Pleidoi Rizieq Shihab Singgung Aksi 212, Ahok, dan Pilkada DKI

20 Mei 2021

Baca Pleidoi Rizieq Shihab Singgung Aksi 212, Ahok, dan Pilkada DKI

Rizieq Shihab mengklaim perkara yang menjeratnya bukanlah kasus hukum melainkan politik. Ia kemudian berkisah tentang Pilkada DKI.

Baca Selengkapnya