Ratusan warga berunjuk rasa di depan PN Tangerang menuntut pelaku pembunuhan terhadap Eno Farihah dihukum mati. TEMPO/Marifka Wahyu Hidayat
TEMPO.CO, Tangerang - Sejatinya, RAI, terdakwa kasus pembunuhan keji terhadap Eno Farihah, gembira karena baru saja dinyatakan lulus dari sekolahnya dan masuk peringkat lima besar. Tapi wajahnya pucat saja dan tubuhnya terlihat lemas.
"Saya puasa," kata dia saat bangkit dari tidurnya di lantai yang hanya beralas koran dan masih mengenakan kopiahnya.
Kontributor Tempo, Joniansyah Hardjono, mendapat kesempatan menemui remaja 15 tahun yang menjadi terdakwa kasus pembunuhan Eno Farihah itu dalam sel di Pengadilan Negeri Tangerang, Jumat, 10 Juni 2016.
Berikut ini beberapa pernyataan RAI.
Apakah benar kamu tidak terlibat dalam pembunuhan Eno seperti yang pernah kamu sampaikan ke ibumu dan pengacara?
Saya sama sekali tidak membunuh Eno.
Pada malam itu, kamu ada di mana?
Saya tidur dan tidak keluar rumah.
Kalau kamu tidak terlibat, mengapa mengaku dan menandatangani BAP?
Saya dipaksa, saya bingung.
Kamu kenal Eno? Benarkah kalian sedang melakukan pendekatan?
Saya sama sekali tidak kenal Eno. Jangankan untuk berpacaran.
Pernah berkomunikasi dengan Eno, bicara langsung, atau via SMS?
Tidak pernah. Saya tidak kenal Eno. Nomor HP-nya saja tidak punya, bagaimana mau SMS.
Polisi menyebutkan ada SMS antara kamu dan Eno dalam telepon seluler Eno. Ini menjadi satu alat bukti.
Saya tidak tahu.
Kamu kenal dengan nama Dimas, yang sempat disebut Rahmat Arifin dalam sidang Rabu lalu?
Kenal, tapi tak begitu dekat. Dimas temannya teman saya bernama Engkus.