Pasangan calon gubernur dan calon wakil gubernur Anies Baswedan (kanan) dan Sandiaga Uno (kiri) seusai menyetor Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) di Gedung KPK, Jakarta, 29 September 2016. Anies Baswedan dan Sandiaga Uno merupakan pasangan yang pertama untuk melakukan pelaporan LHKPN. TEMPO/Eko Siswono Toyudho
TEMPO.CO, Jakarta - Beberapa kader Partai Golkar mengunjungi Posko Melawai di Jalan Melawai Raya V, Blok M, Jakarta Selatan, untuk menyatakan sikap mendukung pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno.
Mereka yang menamakan kelompoknya Beringin Anies-Sandi (Brigas) ini adalah kader Partai Golkar yang siap berbeda pendapat di Pilkada DKI Jakarta 2017 mendatang. Brigas juga mengatakan siap menerima konsekuensi dari Partai Golkar.
"Kalau ketahuan Golkar, pasti kami dipecat. Kalau dipecat sama Allah saya takut, kan kita sesuai dengan hati," ujar pendiri Brigas, Novel, pada Selasa 4 Oktober 2016.
Novel mengatakan pada pemilihan presiden tahun lalu, banyak kader Partai Golkar yang berbeda pendapat dalam memilih. "Katanya nanti dipecat, buktinya? Mereka masih ada dalam Partai Golkar," imbuh Novel.
Saat pertemuan di Posko Melawai, Novel mengatakan anggota Brigas berjumlah 15 orang. Mereka siap mengakomodir 6.000 simpatisan pendukung Partai Golkar untuk memilih pasangan Partai Gerindra dan PKS itu.
Pertemuan Selasa siang, 4 Oktober 2016, dihadiri juga oleh Organisasi Karisma atau pendukung Rismaharini. Namun, kedatangan Karisma di posko Melawai bukan untuk menyatakan dukungan kepada pasangan mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tersebut.
"Kami datang untuk silaturahmi, dan belum sampai pada tahap dukung-mendukung," kata penggagas Karisma, Yongki.
Sementara itu, Sandiaga Uno berharap bergabungnya Brigas dalam mendukung pasangan Anies-Sandi tidak membawa perpecahan dalam partai Golkar.
"Jangan sampai keputusan Brigas dapat memicu situasi. Sampaikan aspirasi dengan baik, izin meminta kepada senior di Golkar untuk menghargai keberagaman," tutur Sandiaga.