Taruna Tewas Dianiaya Senior, Menteri Perhubungan Pecat Ketua STIP
Editor
Ali Anwar
Rabu, 11 Januari 2017 12:43 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi memecat Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP), Jakarta, Capt Weku F. Karuntu, MM, pascainsiden meninggalnya Amirulloh Adityas Putra, taruna STIP, akibat dianiaya para seniornya.
“Ini untuk menginvestigasi, mengapa kasus itu sampai terjadi lagi,” kata Budi dalam keterangan tertulisnya yang diterima Tempo, Rabu, 11 Januari 2017. Selanjutnya, Budi menunjuk pelaksana tugas Ketua STP. Namun dia tidak menyebutkan namanya.
Baca: Dianiaya Senior, Taruna Sekolah Pelayaran Meninggal
Selain itu, Budi membentuk tim investigasi internal yang diketuai Sekretaris Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Perhubungan (BPSDMP) Kementerian Perhubungan Edward Marpaung. Budi berujar, pihaknya akan bertanggung jawab terhadap seluruh proses perlakuan terhadap almarhum Amirulloh, mulai perawatan di rumah sakit hingga pemakaman korban.
Kementerian Perhubungan, ucap Budi, juga telah menyerahkan penanganan kasus ini kepada kepolisian. “Untuk diproses sesuai dengan hukum yang berlaku,” tutur Budi. Dia pun menginstruksikan Kepala BPSDMP agar lebih meningkatkan pengawasan dan pembinaan.
“Baik melalui edukasi maupun peningkatan moral taruna-taruni sekolah tinggi di bawah pembinaan Kementerian Perhubungan untuk mencegah terulangnya kasus ini,” ucap Budi.
Amirulloh, 18 tahun, taruna STIP Jurusan Nautika tingkat I angkatan 2016, tewas di dalam asrama pada Selasa, 10 Januari 2017, sekitar pukul 22.30 WIB. Korban dipukuli empat terduga pelaku, yakni Sisko Mataheru, 19 tahun, Willy Hasiholan (20), Iswanto (21), dan Akbar Ramadhan (19). Mereka memukuli Amirulloh berulang kali hingga korban tak sadarkan diri.
Baca juga: Begini, Kronologi Penganiayaan STIP Marunda
“Pelaku menganiaya korban dengan memukul perut, dada, dan ulu hati menggunakan tangan kosong,” kata Kepala Hubungan Masyarakat Kepolisian Resor Metro Jakarta Utara Komisaris M. Sungkono, Rabu, 11 Januari 2017.
Sampai saat ini, polisi masih memeriksa pelaku dan sejumlah saksi. Menurut Sungkono, ini bukan pertama kali terjadinya penganiayaan di sekolah tersebut. Pada 2012 dan 2013, kejadian yang sama juga menewaskan siswa di sekolah itu.
GHOIDA RAHMAH