Kapolda Metro Jaya Irjen M Iriawan dan Pangdam Jaya Mayjen TNI Teddy Lhaksmana mengecek kesiapan pasukan saat apel pengamanan jelang aksi zikir dan doa bersama pada 2 Desember di Jakarta, 1 Desember 2016. Sebanyak 3.500 pasukan TNI-Polri mengikuti apel gelar pasukan di Monas untuk mengamankan aksi super damai 212. TEMPO/Frannoto
TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Polda Metro Jaya Inspektur Jenderal M. Iriawan membantah tuduhan yang dilontarkan simpatisan Front Pembela Islam (FPI) terkait dengan kriminalisasi ulama. Pernyataan simpatisan tersebut terlihat saat unjuk rasa mengawal pemeriksaan Ketua FPI Rizieq Syihab di Mapolda Metro Jaya, Senin, 23 Januari lalu.
"Apa yang dikriminalisasi? Siapa ulama yang dikriminalisasi? Saya enggak dengar itu," kata Iriawan di Cakung, Jakarta Timur, seraya menaruh tangannya di kuping, Selasa, 24 Januari 2017.
Menurut Iriawan, pemeriksaan yang dilakukan anak buahnya terhadap Rizieq berdasarkan hasil penyelidikan. Ia pun menegaskan tidak ada politisasi dalam penyelidikan itu.
Sementara itu, terkait dengan penetapan status Rizieq, Iriawan mengaku hal itu akan ditentukan penyidik setelah gelar perkara dilakukan. "Tentu habis ini penyidik diskusi, nanti gelar perkara, nanti apakah akan menjadi tersangka atau tidak," katanya.
Sebelumnya, Iriawan juga menanggapi santai pernyataan Rizieq soal adanya kebangkitan PKI di Indonesia. Menurut dia, jika memang ada embrio kebangkitan partai komunis itu, pihaknya akan tahu.
"Faktanya kan tidak ada, udah tidak ada PKI, tidak ada, bagaimana bisa bangkit? Kita tahu juga embrio kalo ada," katanya.
Sedangkan terkait dengan dugaan logo palu arit di lembaran uang rupiah baru, hal itu hanya asumsi Rizieq. Pasalnya, Bank Indonesia sebagai pencetak uang tersebut sudah menjelaskan bahwa logo itu sengaja dicetak dengan pengamanan rectoverso atau saling isi.
