Mencoblos Ahok, Jenasah Nenek Hindun Tak Disalatkan di Musala

Reporter

Editor

Ali Anwar

Sabtu, 11 Maret 2017 22:16 WIB

Hindun, 77 tahun, warga Karet, Setiabudi, Jakarta Selatan, yang meninggal pada 6 Maret 2017, menurut keluarganya tidak disalati warga setempat karena saat Pilkada DKI lalu memilih pasangan Ahok-Djarot. Keluarganya menyatakan ini pada 11 Maret 2017. Tempo/Avit Hidaya

TEMPO.CO, Jakarta - Perempuan paruh baya itu, Sunengsih, 46 tahun, bersandar di dinding triplek penuh mural, buah imajinasi anak dan cucunya. Kepalanya disandarkan, kakinya bersila, duduk di lantai rumah. Dia menceritakan apa yang ia alami kepada dua wartawan yang bertandang ke rumahnya.


“Saya kecewa dengan warga seperti ini,” kata Sunengsih di rumahnya, RT 09 RW 05, Jalan Karet Karya III nomor 2, Kelurahan Karet, Kecamatan Setiabudi, Jakarta Selatan, Sabtu, 11 Maret 2017.


Baca: Anies Minta Warga Jakarta Tidak Menolak Salatkan Jenasah

Sunengsih adalah anak bungsu dari almarhumah Hindun, 77 tahun, perempuan renta yang tak disalati warga di musala. Hindun diduga didiskriminasi warga setempat hanya karena mencoblos penista agama yang mencalonkan diri menjadi gubernur, Basuki Tjahaja Purnama. Hindun meninggal pada Selasa, 6 Maret lalu sekitar pukul 14.00 WIB.

Saat Hindun meninggal, jenasahnya tak dipekenankan disalatkan di musala. Padahal, Sunengsih sempat meminta ustad setempat agar jenazah ibunya disalatkan di musala Al-Mu'minun yang berada di RT 08, berjarak 50 meter dari rumahnya. “Saya tanya gimana pak? Pak Ustad Syafii bilang jangan, karena orang tidak ada, jadi disuruh disalatkan di rumah saja,” tutur Sunengsih menirukan ucapan ustad Syafii.

Suningsih mengaku bingung dengan alasan Ustad Syafii, tapi dia menurut saja. Karena Sunengsih belum paham bahwa warga setempat menolak Ahok sebagai gubernur lagi, akhirnya ibunya disalatkan di rumah, dipimpin oleh Ustad Syafii bersama keluarga Sunengsih. Warga setempat tidak banyak yang datang.

Setelah disalatkan, jenasah Hindun dikuburkan di Tempat Pemakaman Umum Menteng Pulo sekitar pukul 18.30. Esok harinya ia mendengar cerita bahwa ibunya sengaja tak boleh disalatkan di musala karena mendukung Ahok. Sunengsih tak tahu maksud warga, karena selama ini dia dan keluarganya juga tak paham dengan pilkada DKI Jakarta.

Sunengsih membenarkan bahwa saat pemilihan gubernur putaran pertama ibunya memilih pasangan Ahok-Djarot. Kata dia, ibunya mencoblos di rumah karena sedang sakit. Petugas dari Panitia Pemungutan Suara menanyakan pilihan Hindun yang akan dicoblos, kemudian Hindun mencoblos surat suara bergambar Ahok-Djarot.

Di Tempat Pemungutan Surata (TPS) di sana, pasangan Ahok-Djarot kalak telak. Pilkada putaran pertama di tempat Hindun dimenangkan pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno. Meski begitu keluarga Sunengsih tak begitu peduli dengan kontes politik Jakarta.

“Saya tidak mau memperbesar ini, saya khawatir dengan keluarga kami ke depannya. Kami semua perempuan, suami saya sudah meninggal,” ujar Sunengsih. Sunengsih ingin melupakan kekecewaan itu. Saat ini ia menggelar tahlil sendiri bersama keluarganya.

Kata Sunengsih, selama tiga bulan terakhir ibunya menderita sakit komplikasi, pengapuran sendi, dan lainnya. Sunengsih sempat membawa Hindun ke klinik 24 jam, tapi ibunya menolak dirawat. Akhirnya keluarganya merawat Hindun di rumah.

Terakhir sebelum meninggal, kondisi Hindun sangat kurus. Tulang-tulang iga, kaki, dan lengannya terlihat menonjol. Hingga akhirnya Hindun mengembuskan nafas terakhir pada Selasa lalu. “Sebelum meninggal ia minta semua anaknya dipanggil, dia juga ingin melihat cucunya,” kata Sunengsih.

Menurut Sunengsih, saat jenasah disemayamkan di rumah, warga sekitar tidak banyak yang datang. Seorang warga setempat yang enggan disebutkan namanya mengatakan Ustad Syafii suda berbaik hati mensalati Hindun, tapi difitnah keluarganya. “Saat itu kami tidak ada di rumah, karena kerja,” ujar tetangga Syafii itu.


Baca juga: Fakta Tentang Jenazah Hindun yang Tak Disalatkan di

Syafii sendiri tidak berada di rumah saat dikonfirmasi Tempo. Kata warga setempat, Syafii pergi ke luar kota karena urusan keluarga. Mereka juga menjelaskan perihal spanduk penolakan mensalati jenasah pendukung Ahok. Menurut warga spanduk itu dipasang oleh orang tak dikenal setelah kematian Hindun. Kemudian siang tadi, mereka mencopot spanduk tersebut.

AVIT HIDAYAT

Advertising
Advertising

Berita terkait

63 Tahun Bank DKI, Profil Bank Peraih The Best Performance Bank untuk Kategori BPD 2023

23 hari lalu

63 Tahun Bank DKI, Profil Bank Peraih The Best Performance Bank untuk Kategori BPD 2023

Bank DKI merupakan bank yang memiliki status BUMD. Didirikan sejak 11 April 1961, kepemilikan saham Bank DKI dipegang Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

Baca Selengkapnya

Uji Coba Account Based Ticketing di MRT, LRT, dan Transjakarta, Bagaimana Mekanismenya?

59 hari lalu

Uji Coba Account Based Ticketing di MRT, LRT, dan Transjakarta, Bagaimana Mekanismenya?

Bagaimana mekanisme penerapan tiket berbasis akun atau Account Based Ticketing di MRT, LRT, dan Transjakarta?

Baca Selengkapnya

Begini Cara Kerja TPS 3R yang Mampu Mengolah 50 Ton Sampah Per Hari

16 Februari 2024

Begini Cara Kerja TPS 3R yang Mampu Mengolah 50 Ton Sampah Per Hari

Pengolahan sampah berbasis reduce-reuse-recycle atau yang populer disebut TPS 3R bisa mengolah sekitar 50 ton sampah per hari.

Baca Selengkapnya

Di Acara Milenial dan Gen Z, Anies Jawab Soal Tuduhan Politik Identitas Saat Pilkada DKI 2017

27 November 2023

Di Acara Milenial dan Gen Z, Anies Jawab Soal Tuduhan Politik Identitas Saat Pilkada DKI 2017

Anies Baswedan menjawab tuduhan soal penggunaan politik identitas saat Pilkada DKi 2017 pada acara Indonesia Milleninial and Gen-Z Summit 2023.

Baca Selengkapnya

Anies Ungkit Momen Berutang di Pilkada DKI, Singgung Biaya Politik Mahal

30 September 2023

Anies Ungkit Momen Berutang di Pilkada DKI, Singgung Biaya Politik Mahal

Anies menuturkan mahalnya biaya kampanye bukan berarti ketika menjadi pejabat harus balik modal

Baca Selengkapnya

Bapanas Bareng Hero Supermarket DKI Gelar Program Food Rescue

21 Februari 2023

Bapanas Bareng Hero Supermarket DKI Gelar Program Food Rescue

Bapanas bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan Hero Supermarket meluncurkan program Food Rescue.

Baca Selengkapnya

Di Acara Partai Ummat, Anies Baswedan Cerita Diberi Label saat Pilkada DKI 2017

14 Februari 2023

Di Acara Partai Ummat, Anies Baswedan Cerita Diberi Label saat Pilkada DKI 2017

Anies Baswedan menyebut ada dua pendekatan untuk menciptakan persepsi ini.

Baca Selengkapnya

Anies Baswedan Buka Suara soal Utang Rp 50 Miliar ke Sandiaga: Sudah Selesai Dulu

11 Februari 2023

Anies Baswedan Buka Suara soal Utang Rp 50 Miliar ke Sandiaga: Sudah Selesai Dulu

Anies Baswedan menegaskan tidak ada utang yang hari ini harus dilunasi.

Baca Selengkapnya

Politikus NasDem Minta Sandiaga Klarifikasi Surat Utang Anies Baswedan

11 Februari 2023

Politikus NasDem Minta Sandiaga Klarifikasi Surat Utang Anies Baswedan

Ada juga poin yang menyatakan jika Anies-Sandi menang, maka Anies Baswedan bebas dari utang tersebut.

Baca Selengkapnya

Soal Perjanjian Utang dengan Anies Baswedan, Sandiaga: Saya Baca Dulu

6 Februari 2023

Soal Perjanjian Utang dengan Anies Baswedan, Sandiaga: Saya Baca Dulu

Sandiaga belum mau menanggapi soal utang Anies Baswedan ke dirinya saat Pilkada DKI 2017.

Baca Selengkapnya