Matahari bersinar terik saat fenomena Equinox terlihat dari langit Kota Denpasar, Bali, 21 Maret 2016. Equinox merupakan salah satu fenomena astronomi saat matahari melintasi garis khatulistiwa. ANTARA/Fikri Yusuf
TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Bidang Informasi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Hary Tirto Djatmiko menegaskan, fenomena equinox berbeda dengan heat wave alias gelombang panas.
“Tidak ada peningkatan suhu yang drastis,” ujar Hary lewat pesan pendek pada Tempo, Kamis, 16 Maret 2017.
Adapun equinox merupakan fenomena astronomi di mana matahari berada tepat di atas garis khatulistiwa.
Fenomena ini secara alami terjadi dua kali dalam setahun. Dalam rilis BMKG pada 15 Maret lalu, diperkirakan equinox akan terjadi pada Maret dan September 2017 di Indonesia.
Deputi Bidang Meteorologi BMKG Yunus S. Swarinoto dalam rilis itu menyebutkan distribusi cahaya matahari lebih signifikan di sekitar ekuator saat terjadi equinox.
Namun dia mengimbau masyarakat tak mengkhawatirkan fenomena tersebut. “Karena kondisi masih normal. Suhu rata-rata di Indonesia pada periode equinox sebesar 32-36 derajat Celcius,” ujar Yunus.
Suhu udara di Jakarta, tutur dia, tak akan lebih dari 35 derajat Celcius. Sedangkan suhu di wilayah lain 33-35 derajat Celcius.