Susilo Adinegoro: Tumbuh Bersama Sanggar Akar  

Reporter

Jumat, 23 Juni 2017 23:01 WIB

Susilo Adinegoro bersama anak didiknya Sanggar Anak Akar. Dok. Sanggar Anak Akar

TEMPO.CO, Jakarta - Berdiri pada 1994, Sanggar Anak Akar telah mendidikan ratusan orang, di antaranya anak jalanan dan korban gusuran. Seni seperti musik, teater, melukis, serta kerajinan menjadi elemen penting yang dipelajari para peserta didik di sanggar ini.

Susilo Adinegoro, 57 tahun, memulai Sanggar Anak Akar dari kawasan Cipinang Melayu, Jakarta Timur. Selama 23 tahun sanggar ini didirikan dan dikelola Susilo bersama teman-temannya. Di Sanggar Akar peserta didik menjadi partisipan yang aktif. Mereka tidak cuma belajar tapi juga dilibatkan dalam pengambilan keputusan dalam berbagai hal.

Mereka kini bekerja sama dengan banyak sekolah, salah satunya dengan Kolose Canisius dalam menyelenggarakan pementasan. Ada juga alumni Sanggar yang mendirikan komunitas serupa bernama Sanggar Anak Harapan. Mulai bergiat pada 2010, sanggar ini membina anak-anak di Jakarta Utara, khususnya di Kampung Tanah Merah.

Beberapa alumni Sanggar, sukses berkarir. Andrie Setiawan, 26 tahun, misalnya, menggapai mimpinya menjadi musisi. Anak dari bapak tukang kayu dan ibu buruh cuci ini bergabung dengan Sanggar pada 1995, setelah rumahnya di Pasar Gembrong, Jakarta Timur digusur.

Setahun setelah lulus dari Sanggar pada 2006, Andrie bergabung dengan kelompok musik Jilly Likumahua untuk tampil di JakJazz Festival. Sejak itu karis musiknya terus maju. Dia pernah berkolaborasi dengan musisi Iwan Fals. Selain main music dia memberi music dan mengajar di SMP Don Bosco II. Padahal, latar belakang pendidikan formal Andrie hanya sampai 5 SD.

Alumni lainnya, Untung kini sukses memiliki perusahaan konveksi sendiri. Waktu kecil berprofesi sebagai pemulung di Bantar Gebang, Untuk masuk Sanggar pada 2001. Delapan tahun kemudian dia merintis usaha konveksi dan berjalan baik. Kini Untung mempekerjakan sembilan karyawan yang berasal dari derah dan anak jalanan.

"Kami ingin pendidikan yang memerdekakan anak,” kata Susilo. “Ingin anak menjadi pribadi yang otonom, merdeka, dan kemudian bisa menghormati hak-hak asasi manusia".


DEVY ERNIS


Koreksi Berita:


Berita ini telah dikoreksi pada 30 Juni 2017 pukul 08.26 WIB. Pada paragraf kedua sebelumnya tertulis, "Selama 23 tahun sanggar ini dia kelola sendiri. " Yang benar adalah, "Selama 23 tahun sanggar ini didirikan dan dikelola Susilo bersama teman-temannya."


Mohon maaf atas kesalahan penulisan tersebut.

Advertising
Advertising

Berita terkait

9 Tokoh Koran Tempo, Budi Setyarso: Jakarta Makin Bersahabat

31 Juli 2017

9 Tokoh Koran Tempo, Budi Setyarso: Jakarta Makin Bersahabat

Budi mengatakan, di tengah lautan berita negatif, pemilihan 9 Tokoh Metro seperti oase dengan pemberitaan positifnya, karena memberi manfaat.

Baca Selengkapnya

Tokoh Metro 2017, Guido Quiko: Penjaga Warisan Musik Tugu  

31 Juli 2017

Tokoh Metro 2017, Guido Quiko: Penjaga Warisan Musik Tugu  

Guido Quiko terpilih menjadi satu dari sembilan Tokoh Metro
2017 karena dinilai mampu mempertahankan seni Keroncong Tugu.

Baca Selengkapnya

Tokoh Metro 2017, Roberts dan Dedi: Bukan Sekadar Latihan Sirkus  

31 Juli 2017

Tokoh Metro 2017, Roberts dan Dedi: Bukan Sekadar Latihan Sirkus  

Tim juri Tokoh Metro 2017 menilai, Roberts dan Dedi berhasil
menanamkan pemahaman kepada anak-anak kaum marjina tentang
pentingnya pendidikan.

Baca Selengkapnya

Tokoh Metro 2017, Ratna Habsari: Agar Gembira di Usia Senja

31 Juli 2017

Tokoh Metro 2017, Ratna Habsari: Agar Gembira di Usia Senja

Ratna dinilai layak menjadi Tokoh Metro 2017 karena telah menciptakan cara unik dan kreatif untuk membantu para lansia.

Baca Selengkapnya

Tokoh Metro 2017, Wida dan Hendro: Berbagi Gizi dengan Kaum Papa  

31 Juli 2017

Tokoh Metro 2017, Wida dan Hendro: Berbagi Gizi dengan Kaum Papa  

Pasangan suami istri itu layak mendapat penghargaan Tokoh
Metro 2017 atas keberpihakan mereka terhadap kaum miskin.

Baca Selengkapnya

Tokoh Metro 2017, Lita Anggraini: Perlindungan buat PRT  

31 Juli 2017

Tokoh Metro 2017, Lita Anggraini: Perlindungan buat PRT  

Lita Anggraini mendapat anugerah Tokoh Metro 2017 karena
peranannya dalam mengupayakan perlindungan konstitusional
bagi pembantu rumah tangga.

Baca Selengkapnya

Tokoh Metro 2017, Dissa Syakina: Tunarungu Tak Perlu Menganggur  

31 Juli 2017

Tokoh Metro 2017, Dissa Syakina: Tunarungu Tak Perlu Menganggur  

Dissa Syakina Ahdanisa mendapat penghargaan Tokoh Metro 2017
karena dinilai mampu menciptakan lapangan pekerjaan untuk
kaum difabel.

Baca Selengkapnya

Tokoh Metro 2017, Donny Pradhana: Kompos dan Bibit dalam Polybag  

31 Juli 2017

Tokoh Metro 2017, Donny Pradhana: Kompos dan Bibit dalam Polybag  

Donny Pradhana mendapatkan anugrah Tokoh tempo 2017 karena
dinilai berhasil mengedukasi masyarakat di sekitarnya.

Baca Selengkapnya

Tokoh Metro 2017, Guntoro: Lingkungan Nyaman di Tepi Ciliwung  

31 Juli 2017

Tokoh Metro 2017, Guntoro: Lingkungan Nyaman di Tepi Ciliwung  

Kegigihan Guntoro untuk memelopori perubahan di Kampung
Tongkol dan Kampung Lodan menarik perhatian juri Tohoh Metro
2017.

Baca Selengkapnya

Tokoh Metro 2017, Rohim: Tempat Paku Bukan di Jalanan  

31 Juli 2017

Tokoh Metro 2017, Rohim: Tempat Paku Bukan di Jalanan  

Rohim bin Sarman dinobatkan sebagai Tokoh Metro 2017 karena
dianggap sebagai pelopor penyapu ranjau paku di jalan raya.


Baca Selengkapnya