TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Departemen Epidemiologi FKM Universitas Indonesia, Tri Yunis Miko Wahyono, menyarankan pemerintah untuk menghentikan sementara perjalanan kereta rel listrik atau KRL Jabodetabek, untuk memutus rantai penularan virus corona.
Penghentian sementara bisa dilakukan selama masa pembatasan sosial berskala besar atau PSBB. Menurut Tri, operasional KRL mesti dihentikan karena tidak bisa menjamin adanya physical distancing atau jaga jarak antarpenumpangnya. "Terutama saat antre atau di dalam," kata Tri saat dihubungi, Selasa, 28 April 2020.
Ia melihat jaga jarak aman di KRL belum bisa berjalan efektif. Hal itu menyebabkan transmisi penularan virus corona berpotensi masih terus terjadi. "Seharusnya kalau memang mau bagus semua transportasi publik dihentikan."
Tri menyarankan pemerintah menyediakan kendaraan alternatif untuk mengangkut penumpang agar tidak terjadi antrean. Pemerintah, kata dia, bisa menyiapkan kendaraan alternatif milik TNI atau lainnya untuk mengangkut penumpang yang masih membutuhkan transportasi karena masih harus bekerja.
Selain itu, bagi warga yang bekerja dari rumah dilarang keluar rumah selain untuk membeli kebutuhan pokok atau membeli obat. "Jadi kendaraan pribadi hanya dibolehkan untuk keperluan membeli kebutuhan pokok dan obat."
Sebelumnya, 5 Kepala daerah di Bogor, Depok dan Bekasi mengajukan kembali permintaan agar KRL dihentikan sementara selama masa PSBB.