TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Dinas Sumber Daya Air DKI Jakarta Yusmada Faizal mengatakan banjir Cipinang Melayu terjadi karena curah hujan tinggi pada Senin kemarin. Yusmada mengatakan intensitas hujan pada Senin siang hingga sore itu mencapai 142 mililiter sehingga menyebabkan banjir di RW 03 dan 04 Cipinang Melayu.
"Hujannya terlalu besar. Ini termasuk sangat-sangat lebat," kata Yusmada di Jakarta, Selasa 2 November 2021.
Akibat curah hujan tinggi itu, ketinggian air di Pos Pantau Sunter Hulu melonjak menjadi siaga satu dalam empat jam. Pada pukul 12.00 WIB, pos pantau itu berstatus siaga empat atau normal, namun naik menjadi siaga satu pada pukul 16.00 WIB hingga pukul 19.00 WIB.
Debit air yang tinggi itu melampaui daya tampung Waduk Tiu dan Waduk Pondok Ranggon. Yusmada mengatakan banjir itu bukan berarti sodetan Kali Sunter ke Waduk Tiu dan Waduk Pondok Ranggon tak efektif kurangi banjir.
"Kelebihan air terlalu banyak, di atas daya tampung, jadi dia mengalir ke hilir," kata Kadis SDA DKI itu.
Dinas Sumber Daya Air DKI telah melakukan pengerukan Waduk Tiu dan Waduk Pondok Ranggon. Hal itu dilakukan untuk mengurangi debit air Kali Sunter supaya tidak meluap ke permukiman warga Cipinang Melayu.
"Waduk Tiu sudah diperdalam, Kalau Waduk Pondok Ranggon itu proyeknya sampai tahun depan," tutur Yusmada.
Banjir merendam RW 03 dan 04 Cipinang Melayu setinggi 80 sentimeter pada Senin kemarin usai hujan deras mengguyur Jakarta. Banjir membuat warga permukiman rawan banjir itu mengungsi di tenda pengungsian di kolong Tol Becakayu (Bekasi-Cawang-Kampung Melayu).
Untuk menanggulangi banjir Cipinang Melayu tersebut, petugas gabungan Damkar Jakarta Timur, BPBD, dan kepolisian dikerahkan untuk menyedot air luapan Kali Sunter.
Baca juga: Banjir di RW 04 Kelurahan Cipinang Melayu, Warga Mulai Mengungsi