Konsep memasukkan air ke dalam tanah ini hanya satu dari empat cara Anies mengatasi banjir. Dia menuturkan limpahan air dari hulu di daerah-daerah penyangga harus dipastikan turun ke dalam tanah ketika masuk Ibu Kota.
Anies menyebutnya sebagai sumur biopori. Sumur biopori perlu ditambahkan di Jakarta, selain ruang terbuka hijau (RTH). Lokasi sumur biopori adalah di ruang terbuka, termasuk gang.
"Di gang itu bisa dilakukan pembangunan sumur-sumur biopori di sana, sehingga air itu tidak hanya dialirkan lewat, tapi justru dimasukkan," jelas dia.
Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ini paham betul karakter tanah di Jakarta tidak bisa menyerap air setinggi daerah lain. Walau begitu, dia meyakini, bantuan teknologi dan unsur lainnya dapat mewujudkan konsep air harus masuk ke dalam tanah, bukan dibuang ke laut.
Pekerja menyelesaikan pengerjaan sumur resapan di Jalan Mataram Raya, Kebayoran Baru, Jakarta, Selasa, 12 Oktober 2021. Sumur resapan atau drainase vertikal tersebut diharapkan dapat mengurangi titik-titik rawan banjir di Ibu Kota. TEMPO/Hilman Fathurrahman W
Persoalan banjir tak kunjung selesai, meski Anies sudah memimpin Jakarta. Seperti ucapannya saat masa kampanye, Anies menginginkan air hujan dapat ditampung di tanah melalui sumur resapan.
Anies menargetkan membangun 1,8 juta sumur resapan hingga 2022. Target ini bahkan tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) DKI 2017-2022. Per Februari 2021, baru ada 3.964 sumur resapan di Jakarta.
Kepala Dinas Sumber Daya Air (SDA) Yusmada Faizal pernah menyampaikan ditargetkan terbangun 40 ribu sumur resapan tahun ini. Sementara rencana pembangunan yang sudah masuk tahap kontrak baru 22 ribu sumur resapan.
Baca juga: Sumur Resapan di Trotoar, Pakar Sebut Pemprov DKI Tak Punya Rencana Induk
LANI DIANA | IMAM HAMDI