Cemari Lingkungan, Pabrik Pelebur Baja di Tangerang Diperiksa

Reporter

Editor

Rabu, 19 Agustus 2009 09:02 WIB

TEMPO Interaktif, Tangerang - Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Tangerang menurunkan tim ke lapangan untuk melakukan audit dan pemeriksaan secara internal terhadap pabrik pelebur baja PT Lautan Steel di Kampung Telaga, Desa Talagasari, Kecamatan Balaraja.

Pemeriksaan dilakukan karena perusahaan itu diduga telah melakukan pencemaran udara dengan membuang asap limbah tanpa melalui proses penyaringan. "Tim akan turun mulai hari ini," ujar Kepala Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Tangerang, Odang Masduki, kepada Tempo, hari ini.

Menurut Odang, pihaknya akan memeriksa izin UPL, UKL, dan Amdal perusahaan pelebur baja yang telah beroperasi sejak 1,5 tahun itu. Hasil pemeriksaan akan diberitahukan kepada Bupati Tangerang untuk ditindaklanjuti. "Jika ditemukan pelanggaran dan terbukti melakukan pencemaran sanksinya bisa penutupan pabrik itu," kata Odang.

Odang mengakui pihaknya telah mendapatkan banyak laporan dari warga seputar dugaan pencemaran itu. "Banyak pihak yang mengeluhkan kepulan asap itu," katanya.

Berdasarkan pengamatan Tempo, asap hitam pekat selalu keluar setiap saat seperti tanpa jadwal dari dalam bangunan PT Lautan Steel yang letaknya hanya beberapa meter dari jalan tol Tangerang-Merak. Asap menyelimuti kawasan sekitar pabrik yang hanya berjarak 100-200 meter dari pemukiman warga. Kadang-kadang asap yang keluar dalam jumlah yang sangat banyak sehingga membentuk seperti kabut asap dan menutupi pemandangan.

Pihak PT Lautan Steel menolak memberikan keterangan seputar dugaan pencemaran itu. Berulang kali Tempo menemui pihak perusahaan untuk meminta konfirmasi selalu ditolak oleh penjaga keamanan pabrik. "Sedang rapat, tidak bisa diganggu," ujar seorang lelaki bertubuh kekar. "Semuanya sedang keluar dan tidak ada tempat," ujar penjaga lainnya.

Juru bicara PT lautan Steel Hermawan ketika dihubungi tidak memberikan penjelasan apa pun. "Maaf saya sedang di jalan, nanti akan saya hubungi kembali," katanya kepada Tempo. Namun, ketika dihubungi kembali teleponnya tidak aktif. Janji Hermawan untuk menelepon kembali hingga berita ini diturunkan tidak ditepatinya.

Pelaku industri dan warga yang tinggal di sekitar pabrik sudah lama mengeluhkan limbah asap yang dikeluarkan dari pabrik baja itu. Mereka mengaku sangat terganggu dengan asap hitam pekat yang keluar dari pabrik itu setiap harinya. "Udara menjadi kotor, tidak bagus untuk kesehatan," ujar Choi Sang Mo, pemilik PT Total Tape Indonesia, produsen pita label, kepada Tempo.

Choi yang merupakan warga Korea Selatan dan sudah dua tahun berada di lokasi itu mengakui akibat asap pabrik baja itu, banyak karyawannya yang sering sakit sesak nafas disertai batuk. "Dalam jangka panjang mereka akan terkena penyakit pernafasan yang kronis," katanya.

Menurutnya, sebanyak 90 karyawannya yang setiap hari berada di kawasan pabrik itu mau tidak mau harus menghirup udara beserta asap kotor dari pabrik itu. "Saya sangat kasihan melihat mereka, terlebih warga sekitar," katanya.

Menurut Choi, banyak dari karyawannya yang sudah mengeluh sakit di bagian dada dan salurang pernafasan mereka terganggu. "Kalau sudah begini harus ada tindakan serius dari pihak terkait," kata Choi.

Hal ini diakui oleh Eka, 30 tahun, karyawan di bagian ekspor-impor PT Total Tape Indonesia yang hanya berjarak 100 meter dari pabrik pelebur baja itu. Menurutnya, ia dan kawan-kawannya sudah sering batuk dan mengalami sesak nafas sejak beberapa bulan terakhir ini.

Karena takut dampak serius yang akan muncul jika terus-terusan menghirup udara kotor itu, sejak dua bulan terakhir ini semua karyawan bekerja di semua ruangan yang tertutup. Lubang angin atau udara di setiap ruangan ditutup dengan rapat agar asap tidak masuk kedalam ruangan. Hal ini berlaku di semua ruangan produksi, mesin atau pun perkantoran.

"Bukan hanya karyawan yang terganggu, pita kami juga rusak dan berubah warna," katanya. Ia mencontohkan pita yang semestinya berwarna putih bersih, menjadi kuning kotor.

Choi mengatakan ia dan sejumlah perusahaan di sekitar telah beberapa kali menyampaikan komplain kepada perusahaan yang bersangkutan agar asap yang dikeluarkan dari pabrik disaring dahulu dan dibuang dengan menggunakan cerobong asap. "Tapi komplain itu tidak dihiraukan," ujar Choi.

JONIANSYAH

Berita terkait

BRIN Kembangkan Teknologi Biosensor Portabel Pendeteksi Virus Hingga Pencemaran Lingkungan

20 hari lalu

BRIN Kembangkan Teknologi Biosensor Portabel Pendeteksi Virus Hingga Pencemaran Lingkungan

Pusat Riset Elektronika BRIN mengembangkan beberapa produk biosensor untuk mendeteksi virus dan pencemaran lingkungan.

Baca Selengkapnya

Limbah Tambak Udang Cemari Taman Nasional Karimunjawa, KLHK Tetapkan 4 Tersangka

39 hari lalu

Limbah Tambak Udang Cemari Taman Nasional Karimunjawa, KLHK Tetapkan 4 Tersangka

Gakkum KLHK menetapkan empat tersangka pencemaran lingkungan di Taman Nasional Karimunjawa. Kejahatan terkait limbah ilegal dari tambak udang.

Baca Selengkapnya

Pencemaran Lingkungan di Area Tambang Minyak, Guru Besar ITS Rekomendasikan Ini

14 Januari 2024

Pencemaran Lingkungan di Area Tambang Minyak, Guru Besar ITS Rekomendasikan Ini

Peningkatan aktivitas industri pertambangan menimbulkan risiko terjadinya pencemaran lingkungan.

Baca Selengkapnya

Sagu Disebut Bisa Jadi Bahan Pembalut dan Popok Ramah Lingkungan

12 November 2023

Sagu Disebut Bisa Jadi Bahan Pembalut dan Popok Ramah Lingkungan

Sampah pembalut dan popok dikenal kerap menjadi masalah. Sagu disebut-sebut bisa membuat dua benda itu ramah lingkungan

Baca Selengkapnya

Diduga Mencemari Lingkungan, PT GSA Dilaporkan ke Ombudsman

10 Oktober 2023

Diduga Mencemari Lingkungan, PT GSA Dilaporkan ke Ombudsman

Pabrik pengolahan jagung PT Global Solid Agrindo (PT GSA) dilaporkan warga ke Ombudsman karena diduga mencemari lingkungan.

Baca Selengkapnya

Besok Bersih Pantai Cibutun Loji Sukabumi, Begini Respons Pandawara Group Setelah Viral

5 Oktober 2023

Besok Bersih Pantai Cibutun Loji Sukabumi, Begini Respons Pandawara Group Setelah Viral

Pandawara Group mengunggah video terbaru yang berisi permohonan maaf hingga memberi klarifikasi terkait tujuan bersihkan Pantai Cibutun Loji Sukabumi

Baca Selengkapnya

Warga Karimunjawa Tolak Tambak Udang karena Mencemari Lingkungan

29 September 2023

Warga Karimunjawa Tolak Tambak Udang karena Mencemari Lingkungan

Warga Karimunjawa, Kabupaten Jepara menolak keberadaan tambak udang yang diduga mencemari lingkungan.

Baca Selengkapnya

5 Dampak Polusi Udara Terhadap Kulit, Di Antaranya Memicu Stres Oksidatif

28 Agustus 2023

5 Dampak Polusi Udara Terhadap Kulit, Di Antaranya Memicu Stres Oksidatif

Paparan polusi udara secara terus menerus meningkatkan risiko perubahan pigmentasi kulit seperti hiperpigmentasi atau peningkatan produksi melanin. Hal ini menyebabkan timbulnya masalah bintik atau bercak gelap pada kulit.

Baca Selengkapnya

Pemerintah Akan Kenakan Pajak Pencemaran Lingkungan, Begini Bunyi Pasal 206 PP Nomor 22 Tahun 2021

18 Agustus 2023

Pemerintah Akan Kenakan Pajak Pencemaran Lingkungan, Begini Bunyi Pasal 206 PP Nomor 22 Tahun 2021

Pemerintah berencana kenakan pajak pencemaran lingkungan. Hal ini tertuang dalam Pasal 206 Peraturan Pemerintah Nomor 22 tahun 2021. Begini bunyinya.

Baca Selengkapnya

Kilas Balik 27 Juli Diperingati Sebagai Hari Sungai Nasional

27 Juli 2023

Kilas Balik 27 Juli Diperingati Sebagai Hari Sungai Nasional

Hari Sungai Nasional merupakan bentuk apresiasi dan dorongan untuk meningkatkan kesadaran pentingnya menjaga kebersihan dan kelestarian sungai.

Baca Selengkapnya