Alami Diskriminasi, Waria Lapor ke Komisi Nasional HAM

Reporter

Editor

Senin, 22 Februari 2010 13:21 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta - Sepuluh orang waria melapor ke Komisi Nasional Hak Asasi Manusia di jalan Latuharhary, Senin (22/2). Pelaporan itu terkait diskriminasi yang diterima waria selama ini.

Sepuluh waria itu mewakili kelompok Lesbian Gay Biseksual dan Transgender (LGBT). Mereka datang bersama lembaga swadaya masyarakat Arus Pelangi. Seruni Mahendra, Duta Waria HIV/AIDS, Hukum, dan HAM mengatakan, selama ini waria banyak mendapat diskriminasi, baik dalam bentuk perlakuan sehari-hari sampai ke lapangan pekerjaan. "Kami ingin bisa hidup berdampingan dengan masyarakat," ujarnya kepada Tempo.

Seruni juga menyatakan langkah pelaporan ini agar waria memiliki kesamaan di mata hukum dan hak asasi. "Tidak semua hal yang kami lakukan itu negatif. Sampai kapan kami harus terus didiskriminasi. Kami ingin mendapat kesetaraan," kata Seruni.

Banyak hal positif yang dilakukan oleh waria, lanjut Seruni. Bahkan dia menyatakan, di beberapa negara lain seperti Thailand, waria banyak menyumbang perekonomian. Di Indonesia saat ini menurut Seruni karena sulit mencari pekerjaan, mereka akhirnya membuka usaha sendiri. "Kami banyak yang membuka salon, toko kue, katering, karena sulit mendapat pekerjaan. Itu bentuk eksistensi kami."

Yulianus Rettoblaut, pengurus Yayasan Srikandi Sejati juga menyatakan, bahkan untuk melakukan pemberdayaan waria saja sulit. "Terakhir kami membuat seleksi pemilihan duta waria masih dilarang di beberapa wilayah," ujar dia.

Padahal, lanjut Yuli, pemilihan duta waria itu merupakan salah satu bentuk pemberdayaan waria. "Kami bertujuan untuk mengurangi kegiatan negatif dengan pemberdayaan itu."

Untuk itulah, mereka datang untuk mendapatkan pemenuhan hak sesuai dengan undang-undang Hak Asasi Manusia. "Sehingga saat waria melakukan kegiatan positif dan mandiri harus didukung serta dilindungi pemerintah dan aparat keamanan," ujar Yuli.

Stanley, Komisioner Komisi bagian Pendidikan dan Penyuluhan mengatakan, laporan ini akan ditindaklanjuti. Komisi, lanjut dia, akan mendampingi waria untuk membuat aktivitas yang berlaku nasional. "Mungkin kami akan buat training atau pelatihan-pelatihan tertentu," katanya.

Selain itu, menurut Stanley, Komisi juga akan mengkaji pelanggaran-pelanggaran HAM dan diskriminasi apa saja yang diterima waria. "Setelah kami kaji kemudian hasilnya akan menjadi rekomendasi untuk pihak-pihak yang terkait."


MUTIA RESTY

HAM

Berita terkait

Aktivis HAM Myanmar Dicalonkan Nobel Perdamaian 2024: Penghargaan Ini Tidak Sempurna

6 hari lalu

Aktivis HAM Myanmar Dicalonkan Nobel Perdamaian 2024: Penghargaan Ini Tidak Sempurna

Maung Zarni, aktivis hak asasi manusia dan pakar genosida asal Myanmar, dinominasikan Hadiah Nobel Perdamaian 2024, oleh penerima Nobel tahun 1976

Baca Selengkapnya

Israel Diduga Menghalang-halangi Investigasi Pelanggaran HAM dalam Serangan 7 Oktober

11 hari lalu

Israel Diduga Menghalang-halangi Investigasi Pelanggaran HAM dalam Serangan 7 Oktober

Komisi penyelidikan independen terhadap pelanggaran HAM di Israel dan Palestina menuding Israel menghalangi penyelidikan terhadap serangan 7 Oktober oleh Hamas.

Baca Selengkapnya

MK Serukan Dukungan untuk Palestina di Forum Dunia

38 hari lalu

MK Serukan Dukungan untuk Palestina di Forum Dunia

MK RI menyerukan dukungan untuk Palestina dalam forum pertemuan Biro World Conference on Constitutional Justice atau WCCJ ke-21 di Venice, Italia.

Baca Selengkapnya

Anggota Komite HAM PBB Tanya soal Dugaan Intervensi Jokowi di Pilpres 2024: Apakah Sudah Diinvestigasi?

43 hari lalu

Anggota Komite HAM PBB Tanya soal Dugaan Intervensi Jokowi di Pilpres 2024: Apakah Sudah Diinvestigasi?

Anggota Komite HAM PBB Bacre Waly Ndiaye mempertanyakan dugaan intervensi Jokowi di Pilpres 2024 dalam sidang di Jenewa, Swiss.

Baca Selengkapnya

KontraS Kritik Respons Pemerintah Soal Pemilu dan HAM di ICCPR Jenewa

44 hari lalu

KontraS Kritik Respons Pemerintah Soal Pemilu dan HAM di ICCPR Jenewa

KontraS menyayangkan respons delegasi Indonesia terhadap berbagai kritik dan pertanyaan dari ICCPR.

Baca Selengkapnya

International Women's Day, Perempuan Indonesia Bicara Carut-Marut Rezim Jokowi: Tuntut Penegakan Demokrasi

49 hari lalu

International Women's Day, Perempuan Indonesia Bicara Carut-Marut Rezim Jokowi: Tuntut Penegakan Demokrasi

Aliansi Perempuan Indonesia menuntut penegakan demokrasi dan supremasi hukum

Baca Selengkapnya

Kini Siap Kerja Sama, Mengapa AS Dulu Mencekal Prabowo?

51 hari lalu

Kini Siap Kerja Sama, Mengapa AS Dulu Mencekal Prabowo?

Prabowo Subianto punya hubungan kurang harmonis dengan Amerika Serikat (AS). Dia pernah masuk dalam daftar hitam selama 20 tahun.

Baca Selengkapnya

Andri Alapas Terpilih sebagai Direktur LBH Pekanbaru 2024-2028, Ketua YLBHI: Persoalan Demokrasi Tantangan ke Depan

58 hari lalu

Andri Alapas Terpilih sebagai Direktur LBH Pekanbaru 2024-2028, Ketua YLBHI: Persoalan Demokrasi Tantangan ke Depan

Andri Alapas terpilih sebagai Direktur LBH Pekanbaru Periode 2024-2028 pada Kamis, 29 Februari 2024.

Baca Selengkapnya

Sederet Intimidasi terhadap Mereka yang Gaungkan Pemakzulan Jokowi

25 Februari 2024

Sederet Intimidasi terhadap Mereka yang Gaungkan Pemakzulan Jokowi

Bagaimana intimidasi dan kekerasan terjadi kepada para pihak yang menggaungkan pemakzulan presiden.

Baca Selengkapnya

Alasan KY Perpanjang Masa Pendaftaran Calon Hakim Agung dan Ad Hoc HAM di MA

22 Februari 2024

Alasan KY Perpanjang Masa Pendaftaran Calon Hakim Agung dan Ad Hoc HAM di MA

KY telah menerima 120 pendaftar konfirmasi untuk calon hakim agung.

Baca Selengkapnya