Kericuhan Warnai Demo tentang Poligami Wali Kota Bogor
Reporter
Editor
Selasa, 28 Juni 2011 13:30 WIB
Diani Budiarto. TEMPO/ Nickmatulhuda
TEMPO Interaktif, Bogor - Kericuhan mewarnai unjuk rasa puluhan mahasiswa Universitas Ibnu Khaldun yang mengecam poligami Wali Kota Bogor, Diani Budiarto, di depan Balai Kota Bogor, Selasa, 28 Juni 2011. Pengunjuk rasa yang membawa sejumlah poster bernada kecaman ini tidak bisa masuk ke balai kota karena dihadang petugas Satuan Polisi Pamong Praja. Akhirnya, para mahasiswa berorasi di depan gerbang kantor Wali Kota Bogor.
Aksi yang semula berjalan damai berubah tegang setelah sebagian mahasiswa berusaha menerobos masuk balai kota dengan cara mendobrak pintu gerbang. Upaya tersebut digagalkan petugas. Bahkan beberapa pengunjuk rasa yang melompati pagar dihalau keluar oleh petugas Satpol PP.
Koordinator aksi, Achmad Hidayatullah, menyatakan pernikahan keempat Wali Kota Bogor itu menyakiti nurani masyarakat. Menurut mereka, itu bukan contoh yang baik dari seorang kepala daerah. Selain itu, perilaku poligami, apalagi dengan gadis berusia belia, telah mencoreng predikat Kota Bogor sebagai kota halal.
''Keindahan Kota Bogor tidak ditopang dengan baik dari para stakeholder, khususnya Wali Kota Bogor. Ini menjadi preseden buruk untuk pemerintah daerah,'' kata Achmad yang juga Presiden Mahasiswa UIKA.
Dia mengatakan permasalahan Kota Bogor semakin kompleks, terutama masalah perizinan usaha. Mahasiswa mensinyalir banyak bangunan dan tempat hiburan malam yang tidak berizin. "Kecaman masyarakat tidak digubris oleh dinas terkait dan wali kota. Ini sangat ironis ketika Bogor mendapat reward dari MUI sebagai "Kota Halal"," ujarnya.
Achmad mengatakan predikat kota halal sangat kontradiktif dengan realitas yang ada. Kondisi demikian tercermin dari banyaknya masalah, terkait penyakit masyarakat. ''Kami, KBM UIKA menuntut tempat hiburan malam dan minimarket tak berizin ditutup. Berikan sanksi tegas kepada dinas yang diduga menyelewengkan dana perizinan," kata dia.
Mahasiswa juga mendesak agar Wali Kota Bogor menjadikan dirinya uswatun khasanah bagi warga Kota Bogor, terutama kaum muda dan mahasiswa. "Jika tuntutan ini tidak digubris, kami akan menggelar aksi yang lebih besar lagi," ujarnya.
Seusai menyampaikan pernyataan sikap selama hampir satu jam, pengunjuk rasa membubarkan diri sebelum azan zuhur berkumandang.