TEMPO Interaktif, Jakarta: Sekitar 70 aktivis Pro Fauna Indonesia berdemonstrasi di Bundaran Hotel Indonesia. Para anggota Pro Fauna ini membentangkan spanduk besar ukuran 5x3 meter bertuliskan "Stop Perdagangan Satwa Langka dan Satwa Liar Lebih Indah di Alam", Rabu (11/2). "Unjuk rasa ini dilakukan karena keprihatinan kami akan makin meningkatnya perburuan satwa liar di Indonesia," kata Koordinator Pro Fauna Jakarta Hardi Baktiantoro. Dia juga menyatakan perburuan dan perdagangan satwa liar di Indonesia adalah yang terbesar di dunia. "Ini adalah yang legal, belum lagi tindakan ilegal yang dilakukan para pemburu gelap," kata Hardi. Dia meminta agar Departemen Kehutanan melakukan tindakan nyata untuk menekan perdagangan satwa langka dan menghimbau masyarakat agar tidak membeli satwa langka. Hasil pemantauan Pro Fauna Indonesia pada 2003 menunjukkan perdagangan satwa langka antar pulau di Indonesia masih bebas terjadi. Contohnya setiap minggu, ribuan ekor satwa yang dikirim dari Lampung, Sumatera, ke pulau Jawa lewat Pelabuhan Bakaehuni, seperti siamang (hylobates syndactilus), oa (hylobates sp), kukang (nycicebus coucang) dan elang yang diangkut dengan menggunakan bus umum dari Bandar Lampung menuju pasar burung di Jalan Pramuka, Jakarta Timur. Di pasar burung tersebut, satwa-satwa itu kemudian didistribusikan ke berbagai daerah seperti Jawa Timur dan Jawa Tengah. Menurut Hardi, pintu masuk pengiriman satwa langka bukan hanya dari Jakarta namun juga lewat Semarang dan Surabaya, dengan menggunakan jalur laut. Setiap bulannya diperkirakan antara 10-20 ekor orang utan yang (pongo pygmaeus) asal Kalimantan diselundupkan lewat pelabuhan laut Semarang dan didistribusikan ke Yogjakarta, Surabaya dan Bali.Anggota Pro Fauna di Gorontalo, Sulawesi, melaporkan penangkapan babi rusa, satwa endemik Sulawesi, juga masih marak. Penangkapan babi rusa sudah merambah di kawasan Taman Nasional Bogani Nani Wartabone. Diperkirakan ada sekitar 10 ekor babi rusa yang dibantai tiap minggunya. Babi rusa yang ditangkap dengan cara dijerat kemudian dijual ke Manado untuk diambil dagingnya. "Jika pemerintah tidak benar-benar menangani perdagangan satwa liar ini maka hanya dalam waktu 5-10 tahun Indonesia akan kehilangan satwa-satwa langkanya," kata Hardi. Muhamad Fasabeni - Tempo News Room
Berita terkait
Benarkah Belahan Jiwa Sudah Terdeteksi dari Pandangan Pertama?
5 menit lalu
Benarkah Belahan Jiwa Sudah Terdeteksi dari Pandangan Pertama?
Jika sudah menjalin hubungan dengan seseorang dan sangat ingin tahu apakah dia adalah belahan jiwa, berikut beberapa tandanya.