Pasca-Lebaran, Pedagang Kaki Lima Naik 42 Persen
Editor
Alia fathiyah
Rabu, 5 September 2012 12:05 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Dewan Pembina Asosiasi Pedagang Kaki Lima Indonesia (APKLI), Ahmad Rivai Abdullah, mencatat pertumbuhan angka pedagang kaki lima tahun ini naik hingga 42 persen dibanding tahun sebelumnya. "Tahun lalu kenaikannya hanya sekitar 15 persen," ujarnya saat dikonfirmasi, Rabu, 5 September 2012.
Semakin sempitnya lahan untuk warga desa melakukan usaha pertanian akibat pembangunan sejumlah kawasan usaha baru di daerah mendesak mereka mencari mata pencaharian baru ke kota. Datangnya momen silaturahmi Lebaran dijadikan sarana untuk membawa sanak saudaranya pergi ke kota untuk mencari nafkah.
"Karena lahannya tidak ada, mau tidak mau mereka pergi ke kota," ujarnya. "Satu keluarga bisa bawa dua atau bahkan ada yang bawa enam anggota baru."
Beberapa mata pencaharian yang kerap digeluti warga baru, di antaranya kuli buruh, pembantu rumah tangga, buruh pabrik, pemulung, hingga pegawai kontrak yang direkrut perusahaan outsourching dengan pendapatan antara Rp 1,2-2 juta per bulan. "Biasanya rujukannya tiap daerah yang dituju UMR-nya. Tapi sebagian besar larinya berjualan di kaki lima."
Untuk mengelabui ketatnya operasi yustisi atau operasi kartu tanda penduduk (KTP), ujar Ahmad, warga urban berangkat dalam dua tahap. Pertama, langsung bersama majikannya saat arus balik tiba. Kedua, menunggu operasi kependudukan selesai. "Makanya jangan heran bila di terminal bus antar kota masih banyak kedatangan penduduk dari daerah."
Khusus tahun ini, Ahmad menilai ada sedikit pergeseran tingkat pendidikan. Jika tahun sebelumnya pendatang baru banyak didominasi lulusan sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah pertama (SMP), maka tahun ini lebih banyak diisi lulusan sekolah menengah atas (SMA). "Lulusan SD bahkan mungkin tidak ada. Tahun ini (lulusan) SMA naiknya sekitar 15 persen," kata Ahmad.
Di lain pihak, berdasarkan kota penyumbang urbanisasi, lembaganya mencatat wilayah Jawa Tengah menempati urutan pertama, kemudian Jawa Timur dan beberapa wilayah dari Sumatera. Khusus Jawa Barat, angkanya terus berkurang tahun ini. "Pemarataan ekonominya sudah semakin baik."
Asosiasi mencatat tahun ini kenaikan jumlah pedagang kaki lima baru yang menempati wilayah perkotaan mencapai 9,8 juta atau naik sekitar 42 persen dari total 23,4 juta pedagang kaki lima di seluruh Indonesia. Jumlah itu menyebar hampir di seluruh kota besar Indonesia mulai dari Jakarta, Semarang, dan Surabaya. "Itu totalnya dari data PKL seluruh Indonesia selepas Lebaran tahun ini."
Ia menambahkan, masih lemahnya pengawasan serta penataan kota yang tidak memperhatikan lahan produktif warga di tiap daerah menyebabkan investor dengan mudah mengeser lahan pertanian warga menjadi kawasan niaga. Akibatnya, tidak sedikit warga yang kehilangan mata pencahariannya. "Karena desa sudah tidak memberikan mata pencaharian, ya, larinya ke kota."
Untuk menekan tingginya urbanisasi, lembaganya berharap pemerataan sektor ekonomi harus diimbangi dengan penataan serta rencana pembangunan yang matang di tiap daerah. Dengan demikian, setiap warga tiap kabupaten/kota tetap berada di wilayahnya tanpa harus pergi ke kota besar. "Kalau di daerahnya maju, ngapain ke kota besar."
JAYADI SUPRIADIN
Berita Lain:
Kisah Kang Jalal Soal Syiah Indonesia (Bagian 6)
Andik Vermansyah Pindah Ke Liga Utama Amerika
Polisi Tahan Kuasa Hukum John Kei
Panwaslu: Iklan Televisi Jokowi Masuk Pelanggaran
Jarak Tempuh Sepeda Motor Bakal Dibatasi
Doberman Ikut Jaga Hillary Clinton di Jakarta
Scientology Seleksi Calon Istri Tom Cruise
Calo Penerimaan Pegawai Negeri Diungkap
Jangan Katakan Kalimat Ini ke Anak Anda
Begini "Hotel" di Pesawat Boeing 747 Aeroloft