Puluhan Pelajar diamankan Polisi saat tertangkap tangan sedang menumpang kendaraan umum dengan membawa berbagai senjata tajam di jalan Rasuna Said Kuningan, Jakarta, (03/04).Tempo/Arnold Simanjuntak;20120403
TEMPO.CO, Jakarta - Satuan Tugas Perlindungan Anak menilai penggabungan sekolah-sekolah yang kerap tawuran bukan merupakan solusi terbaik. Menurut Ketua Satgas Anak M. Ihsan, wacana penggabungan ini tak semestinya diterima.
"Pernyataan yang sangat mencengangkan adalah rekomendasi agar dilakukan penggabungan dan pemindahan sekolah," katanya dalam siaran persnya, Rabu, 26 September 2012.
Tawuran SMA 6 dan SMA 70 di Bulungan, Jakarta Selatan, sehingga menewaskan Alawi Yusianto siswa SMA 6 pada 24 September 2012 bukan yang pertama kali terjadi. Alawi juga bukan merupakan korban yang pertama. Sebelumnya, kata dia, dalam dua bulan terakhir, paling tidak ada lima siswa yang meninggal dalam tawuran.
Selain itu, Komnas Perlindungan Anak juga mencatat, pada 2011, tawuran pelajar mencapai 339 dengan korban tewas 82 orang. Jumlah ini meningkat 165 persen dari 128 kasus tahun sebelumnya.
Wacana penggabungan SMA 6 dan SMA 70 muncul setelah terjadinya tawuran yang mengakibatkan tewasnya pelajar SMA 6, Alawi, pada 24 September lalu. Akibat tawuran itu, dua sekolah tersebut untuk sementara diliburkan.
Polisi Sebut Ada Pergeseran Pola Tawuran Pelajar di Jakarta
4 September 2018
Polisi Sebut Ada Pergeseran Pola Tawuran Pelajar di Jakarta
Polisi melihat adanya pergeseran pola tawuran pelajar yang terjadi di DKI Jakarta. Kepala Satuan Reserse dan Kriminal Kepolisian Resor Jakarta Selatan Ajun Komisaris Besar Stefanus Tamuntuan mengatakan tawuran saat ini banyak terjadi pada malam dan dini hari, dari yang biasanya siang atau sore selepas pulang sekolah