Calon penumpang berdesakan memasuki KRL Commuter Line di Stasiun Manggarai, Jakarta, Rabu (19/9). TEMPO/Subekti
TEMPO.CO, Depok - Meski banyak menuai protes dari KRL Mania, PT Kereta Commuter Jabodetabek (KCJ) keukeh menaikan tarif kereta rel listrik mulai hari ini, Senin 1 Oktober 2012.
Guna mengantisipasi munculnya gejolak penolakan atas kenaikan tarif itu, Kepala Kepolisian Resor Kota Depok, Komisaris Besar Mulyadi Kaharni menyatakan lima stasiun di Depok dalam status siaga. "Mulai Senin pagi, tim gabungan intel berpakaian preman dan bersenjata api sudah bersiaga," kata Mulyadi di Markas Polresta Depok, Ahad, 30 September 2012.
Lima stasiun yang dijaga adalah stasiun Universitas Indonesia, stasiun Pondok Cina, stasiun Depok Baru, stasiun Depok Lama, dan stasiun Citayam. Mulyadi mengatakan, mulai pekan lalu, pihaknya sudah menerjunkan sepuluh personel gabungan di setiap stasiun. "Pada hari Senin, ada 20 sampai 30 personel di tiap-tiap stasiun," katanya.
Menurut Mulyadi pihaknya akan mengantisipasi terjadinya aksi anarkis jika terjadi kemarahan penumpang karena menolak kenaikan. Hal itu sesuai dengan permohonan pengamanan dari PT Kereta. "Mungkin juga akan amankan sampai di dalam kereta, waspada copet dan bajing loncat," tuturnya.
PT KAI mengklaim kenaikan tarif hingga Rp 2000 per perjalanan itu demi peningkatan pelayanan terhadap masyarakat. Polisi, kata Mulyadi, meminta penumpang sabar dan mendukung jika PT Kereta akan meningkatkan pelayanan.
Komandan Wilayah Keamanan Kereta Api Jakarta-Bogor Djoko Sulistyo membenarkan adanya bantuan keamanan dari Kepolisian. "Polisi sudah terjun dari tanggal 27 September di setiap stasiun," katanya. Namun, Ia mengaku stasiun normal-normal saja. "Sampai saat ini tidak ada (aksi penolakan)."
Djoko mengatakan petugas polisi yang jaga disetiap stasiun ada dua jenis. Satunya memakai baju preman dan satunya memakai baju dinas.