Mudahnya Beli Lahan Konservasi  

Reporter

Editor

Yuliawati

Senin, 4 Maret 2013 14:43 WIB

Suasana permukiman di kaki Gunung Salak di kawasan Bogor, Jawa Barat, Kamis, 28 Februari 2013. Foto: Tempo/Aditia Noviansyah

TEMPO.CO, Jakarta - Praktek jual-beli lahan di wilayah konservasi Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) terus terjadi. Saat Tempo mengunjungi Desa Gunung Pincung, Lokapurna, pada pekan lalu, warga masih menawarkan lahan di daerah yang termasuk wilayah konservasi sejak 2003.

"Masih banyak lahan, mau luasnya berapa? Yang lahan kosong atau ada bangunannya?" seorang tukang kebun bertanya, sebut saja namanya Ahmad, saat Tempo berpura-pura menyari lahan. Ahmad menawarkan lahan seluas 2.000 meter persegi berikut bangunan 100 meter persegi dengan harga Rp 60 juta. “Saya tak menargetkan berapa nilai jasanya ya, seikhlasnya saja,” kata Ahmad tak sungkan.

Praktek menawarkan lahan di sekitar Gunung Salak Endah--sebutan buat TNGHS, sudah menjadi hal biasa bagi warga. Menurut Haji Onden, 62 tahun, tokoh perantara atau makelar tanah senior, menyatakan praktek terjadi sejak 1974. Saat itu wilayah Lokapurna mulai dilirik sejak beberapa jenderal seperti Mantan Menteri Pertahanan dan Keamanan Jenderal TNI (Purn.) H. Poniman (almarhum) dan Jenderal TNI Soerjadi Soedirja datang ke kawasan.

Pertama kali harga lahan yang dimakelari Haji Onden pada 1975 nilainya satu ringgit per meter persegi. “Itu harga lahan di dalam. Kalau di pinggir jalan sudah sepuluh perak,” tuturnya, sembari mengisap rokok putih. Dia menjelaskan, lahan di wilayah Lokapurna itu statusnya lahan garapan dan bukan hak milik. “Kami menyebutnya oper-alih lahan, bukan jual-beli,” katanya.

Sepuluh tahun kemudian, harga lahan naik pesat menjadi Rp 10 ribu per meter persegi. Harga melonjak setelah ditemukan obyek wisata seperti Curug Seribu dan Curug Cigamea. Belakangan, pada 1987, Pemerintah Daerah Bogor menetapkan wilayah Gunung Salak Endah sebagai obyek wisata Puncak kedua.

Penetapan sebagai Puncak II itu membuat transaksi lahan kian ramai. Apalagi pemerintah membangun jalan utama desa menjadi aspal selebar 4 meter. Sekarang tanah di pinggir jalan di Desa Gunung Sari, yang menjadi bagian wilayah Lokapurna, bernilai Rp 30-40 ribu per meter persegi atau Rp 300-400 juta per hektare. Tanah yang letaknya di dalam menjadi Rp 25 ribu per meter. Biasanya dari setiap transaksi Haji Onden mendapat jatah 5 persen, yang berasal dari pembeli dan penjual masing-masing 2,5 persen.

Tim Investigasi majalah Tempo edisi 4-10 Maret 2013 menulusuri hulu Sungai Ciliwung dan Cisadane. Kondisi keduanya mengenaskan. Banyak area tangkapan air yang telah beralih fungsi menjadi bangunan vila. Bahkan ratusan vila berdiri di zona inti Taman Nasional Gunung Halimun-Salak. Pemiliknya adalah para penggede negeri ini, dari pengusaha, artis, politikus, hingga jenderal. Pembiaran berlangsung bertahun-tahun, Bupati Bogor dan Menteri Kehutanan saling tuding.

TIM INVESTIGASI TEMPO

Berita terkait

Banjir Jakarta Merendam 40 RT dan Lima Ruas Jalan, Puluhan Orang Mengungsi

34 hari lalu

Banjir Jakarta Merendam 40 RT dan Lima Ruas Jalan, Puluhan Orang Mengungsi

Curah hujan tinggi dan luapan sungai memicu banjir Jakarta. Permukiman dan ruas jalan di Jakarta Timur, Jakarta Selatan, dan Jakarta Barat terendam.

Baca Selengkapnya

Anggota DPRD DKI Kritik Penanganan Banjir Jakarta: Fokus, Jangan Main-main sama Banjir

41 hari lalu

Anggota DPRD DKI Kritik Penanganan Banjir Jakarta: Fokus, Jangan Main-main sama Banjir

Penanganan banjir Pemprov DKI Jakarta menuai kritik karena dinilai tidak fokus dan tak kunjung terealisasi.

Baca Selengkapnya

Heru Budi Sebut Jakarta Kewalahan Jika Hujan 4 Jam Berintensitas 180 mm per Hari, Begini Penjelasannya

43 hari lalu

Heru Budi Sebut Jakarta Kewalahan Jika Hujan 4 Jam Berintensitas 180 mm per Hari, Begini Penjelasannya

Heru Budi mengatakan Proyek Sodetan Ciliwung dapat mengatasi banjir di Jakarta.

Baca Selengkapnya

Status Pintu Air di DKI Siaga 3, BPBD Imbau Warga Waspada Banjir

53 hari lalu

Status Pintu Air di DKI Siaga 3, BPBD Imbau Warga Waspada Banjir

BPBD DKI Jakarta memperingatkan perihal peningkatan status siaga genangan akibat hujan lebat di beberapa wilayah.

Baca Selengkapnya

Menelisik Banjir Jakarta Pekan Lalu: Apa Saja Pokok Sebabnya?

5 Maret 2024

Menelisik Banjir Jakarta Pekan Lalu: Apa Saja Pokok Sebabnya?

Berikut wilayah terdampak banjir Jakarta dan dugaan faktor penyebabnya.

Baca Selengkapnya

Tambah Pompa Air Jadi Solusi Paling Cepat Banjir Jakarta

2 Maret 2024

Tambah Pompa Air Jadi Solusi Paling Cepat Banjir Jakarta

Wakil Ketua Forum Warga Kota Jakarta (FAKTA), Azas Tigor Nainggolan menyampaikan, banyaknya titik genangan air di Jakarta terjadi karena kondisi daratan yang berada dibawah permukaan air laut.

Baca Selengkapnya

Perkiraan Cuaca Jakarta: Potensi Hujan Ringan dan Hujan Petir di Akhir Pekan, Waspada Banjir Seminggu ke Depan

2 Maret 2024

Perkiraan Cuaca Jakarta: Potensi Hujan Ringan dan Hujan Petir di Akhir Pekan, Waspada Banjir Seminggu ke Depan

Cuaca Jakarta berpotensi hujan pada hari ini dan besok. Waspada banjir Jakarta seiring perkiraan hujan ekstrem sepekan ke depan.

Baca Selengkapnya

Periset BRIN Ungkap Penyebab Genangan Banjir di Sebagian Wilayah Jakarta

1 Maret 2024

Periset BRIN Ungkap Penyebab Genangan Banjir di Sebagian Wilayah Jakarta

Saat ini, hujan dengan intensitas 150 milimeter per hari sudah dapat membuat banjir Jakarta karena kapasitas drainase menurun.

Baca Selengkapnya

Top Metro: Banjir Jakarta Kemarin, Sidang Gugatan Almas-Gibran, Upaya Pembebasan Pilot Susi Air

1 Maret 2024

Top Metro: Banjir Jakarta Kemarin, Sidang Gugatan Almas-Gibran, Upaya Pembebasan Pilot Susi Air

Simak berita populer di kanal Metro, mulai dari banjir di Jakarta hingga upaya pembebasan pilot Susi Air di Papua

Baca Selengkapnya

Berenang di Kali Sunter saat Hujan, Bocah di Pulogadung Tenggelam

29 Februari 2024

Berenang di Kali Sunter saat Hujan, Bocah di Pulogadung Tenggelam

Dinas Gulkarmat DKI masih mencari RA, 13 tahun, yang tenggelam saat berenang di Kali Sunter, Pulogadung ketika hujan turun

Baca Selengkapnya