TEMPO.CO, Jakarta--Tindak kriminalitas yang berawal dari perkenalan lewat situs jejaring sosial telah terjadi berulang kali. Kasus yang dialami NR, 16 tahun, yang mengaku diperkosa beramai-ramai di sebuah kebun singkong di kawasan Cijantung, Jakarta Timur, hanyalah salah satunya.
Pada Januari-Februari lalu, misalnya, ada 31 kasus sejenis yang dicatat oleh Komisi Nasional Perlindungan Anak. "Jumlah itu hampir separuh dari jumlah kasus pelecehan seksual yang dilaporkan, yakni 83 kasus," kata Ketua Komisi, Arist Merdeka Sirait, ketika dihubungi Selasa 19 Maret 2013.
Selain dominan, jumlah kasus yang berawal dari situs jejaring sosial meningkat dibanding pada tahun sebelumnya. "Bahkan, jika dibandingkan dengan periode Januari-Juni 2012, angkanya sudah meningkat,” kata Arist.
Menurut Arist, hampir semua korban kasus pelecehan seksual yang berawal dari perkenalan via media sosial adalah anak baru gede (ABG) berusia 13-18 tahun. Pada rentang usia ini, dia menilai, kondisi remaja memang masih labil dan mudah dipengaruhi. "Apalagi kalau si ABG sedang bête. Dia tidak akan ragu bersikap terbuka pada orang asing."
Ketua Divisi Pengawasan Mentoring dan Evaluasi Komisi Perlindungan Anak Indonesia, Muhammad Ihsan, juga mengungkapkan soal korelasi antara peningkatan jumlah kasus pelecehan seksual dan perkembangan penggunaan media sosial. Komisi mengaku telah menerima 216 laporan kasus kekerasan seksual terhadap anak-anak sepanjang tahun ini.
Sekadar menyebutkan salah satu modus, Ihsan mengatakan korban biasanya terjerat oleh perhatian berlebihan dan bujuk rayu si pelaku. Setelah perkenalan sudah intens, sang pelaku, yang pandai memanipulasi data diri, akhirnya mengajak korban bertemu. "Modus pelaku yang menggunakan media sosial cenderung meningkat," ujarnya.
Sosiolog dari Universitas Gadjah Mada, Nurul Aini, mengatakan kemajuan teknologi memang memiliki efek lain terhadap peningkatan angka kriminalitas. "Ini fenomena risiko teknologi. Konsekuensinya, semua terjadi serba cepat, termasuk kejahatan," kata dia, ketika dihubungi, Selasa lalu.
Remaja, kata Nurul, merupakan kelompok masyarakat yang paling banyak bersentuhan dengan kemajuan teknologi, khususnya Internet. Padahal, menurut pengajar mata kuliah kritik sosial teknologi itu, tidak sedikit pihak yang menggunakan teknologi untuk melancarkan niat jahat mereka.
Fenomena itu bergabung dengan kondisi masyarakat yang juga dinilai Nurul telah berubah. "Para remaja lebih senang bergaul di dunia maya tanpa melihat risikonya," kata dia.
Secara terpisah, juru bicara Kementerian Komunikasi dan Informasi, Gatot Dewa Broto, menyatakan bahwa media sosial tak bisa dianggap sebagai pemicu tindak kriminalitas. Dia mengingatkan, Internet adalah media tak terbatas.
Gatot meminta para remaja tidak terlalu mudah mengumbar status dan foto-foto di situs jejaring sosial. "Kami bukan melarang, tapi meminta mereka lebih hati-hati," kata dia, sambil menambahkan bahwa Kementerian memiliki program edukasi Internet sehat dan aman bagi remaja. " Waspada pelecehan seksual di sekitar kita, klik di sini.
SYAILENDRA | ADITYA BUDIMAN | AFRILIA SURYANIS | MUNAWWAROH | WURAGIL
Baca juga:
Pelecehan Seksual Via Facebook Meningkat Tajam
Kekerasan Seksual di Sekolah Tergolong Tinggi
Dapat Iming-iming Nilai Bagus, Siswi SD Dicabuli
Facebook Bisa Tahu Kesehatan Mental Seseorang
Topik Terhangat:
Hercules Rozario || Krisis Bawang || Harta Djoko Susilo || Nasib Anas
Berita terkait
10 Perilaku Pasangan yang Merendahkan Anda dan Hubungan, Jangan Ditoleransi
37 hari lalu
Anda sering terluka atau mempertanyakan harga diri. Berikut perilaku pasangan yang menjadi sinyal Anda harus bersikap tegas dalam hubungan.
Baca SelengkapnyaTanggapan Pihak Johnny Depp atas Tuduhan Pelecehan Verbal dari Lawan Mainnya
40 hari lalu
Tanggapan Johnny Depp setelah dituduh melakukan pelecehan verbal terhadap lawan mainnya di lokasi syuting film Blow yang dirilis 23 tahun lalu.
Baca SelengkapnyaMantan Produser Nickelodeon Minta Maaf Atas Perilakunya yang Diungkap Serial Quiet On Set
41 hari lalu
Mantan Produser Nickelodeon, Dan Schneider terseret kasus pelecehan, seksisme, rasisme, dan perlakuan tidak pantas terhadap artis cilik.
Baca SelengkapnyaFakultas Filsafat UGM Dalami Dugaan Kekerasan Seksual Mahasiswa dengan Korban 8 Orang
43 hari lalu
Fakultas Filsafat UGM menunggu laporan dari para korban untuk penanganan yang lebih tepat dan cepat.
Baca SelengkapnyaKilas Balik Kasus Pungli di Rutan KPK, Terbongkarnya Diawali Kejadian Pelecehan Seksual
45 hari lalu
KPK telah menetapkan 15 tersangka kasus pungutan liar di rumah tahanan KPK. Berikut kilas baliknya, diawali kejadian pelecehan seksual.
Baca SelengkapnyaDugaan Pelecehan oleh Rektor Universitas Pancasila, Polisi Periksa 15 Saksi
56 hari lalu
Rektor Universitas Pancasila nonaktif Edie Toet Hendratno dilaporkan dua orang atas dugaan pelecehan
Baca SelengkapnyaDugaan Pelecehan Seksual Oleh Dokter di Palembang, Pelapor akan Serahkan Barang Bukti
1 Maret 2024
Perkara dugaan pelecehan seksual oleh dokter di salah satu rumah sakit di Jakabaring, Palembang, terus bergulir di Polda Sumatera Selatan
Baca SelengkapnyaDatangi Polda, Rektor Universitas Pancasila Edie Toet Bantah Lakukan Pelecehan Seksual
29 Februari 2024
Rektor Universitas Pancasila nonaktif, Edie Toet Hendratno, 72 tahun, memenuhi panggilan polisi untuk diperiksa di kasus dugaan pelecehan seksual
Baca SelengkapnyaRektor Universitas Pancasila Diperiksa Hari Ini, Korban Bantah Ada Motif Politik
29 Februari 2024
Pengacara rektor Universitas Pancasila menuding ada motif politik karena isu pelecehan seksual ini mencuat jelang pemilihan rektor.
Baca SelengkapnyaYayasan Minta Rektor Universitas Pancasila Kooperatif Jalani Proses di Polisi soal Dugaan Pelecehan
27 Februari 2024
Yayasan Universitas Pancasila meminta rektor nonaktif ETH kooperatif menjalani proses di kepolisian dalam kasus dugaan pelecehan seksual
Baca Selengkapnya