Kurangi Macet, Jokowi Harus Dorong Investasi ICT
Editor
Yandi M rofiyandi TNR
Senin, 17 Juni 2013 05:45 WIB
TEMPO.CO, Jakarta--Dalam satu hari, rata-rata tiap orang Jakarta melakukan 3,4 sampai 4,4 perjalanan per hari. Banyaknya jumlah perjalanan ini menyumbang kemacetan di jalan-jalan di Jakarta. Kemacetan ini bisa dikurangi jika Pemerintah DKI mendorong investasi di bidang teknologi informasi (ICT) yang akan mendorong pengurangan jumlah perjalanan.
"Warga Jakarta melakukan 3,4-4,4 perjalanan per hari, kalau ada 1 saja perjalanan bisa dikurangi, misalnya melalui hubungan telepon, itu artinya sudah 25 persen jumlah perjalanan bisa dikurangi," kata Ketua Umum Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Danang Parikesit dalam diskusi di kantor Tempo, Selasa, 4 Juni 2013.
Koran Tempo selama sepekan, mulai Senin 17 Juni 2013 akan membahas tentang persoalan Jakarta yang masih menjadi pekerjaan rumah Jokowi-Ahok. Menurut Danang, dalam mengurusi transportasi, pemerintah sebenarnya hanya berurusan dengan kombinasi beberapa variabel. Variabel tersebut adalah jumlah rata-rata perjalanan, jarak perjalanan, moda transportasi yang paling efisien, serta jenis bahan bakar yang paling efisien. Sebagaimana disebut di atas jumlah rata-rata perjalanan warga Jakarta adalah 3,4-4,4 perjalanan per hari, sementara jarak perjalanan tiap orang rata-rata adalah 40 kilometer.
Selama ini, kata Danang, upaya mengurangi jumlah perjalanan orang termasuk yang jarang dieksplorasi. Padahal dengan mengurangi satu perjalanan saja, maka sudah 25 persen jumlah perjalanan warga DKI dapat dipangkas. Inilah dasar perhitungan telemeeting. Jadi orang bisa melakukan pertemuan melalui teknologi ICT tanpa melakukan pertemuan fisik. "Berapa besar investasi di bandwidth mampu mengurangi kebutuhan perjalanan," kata Danang.
Investasi di ICT inilah yang dilakukan Singapura. Danang mengungkapkan kebijakan ERP di negara jiran itu bukan hanya upaya mengatasi masalah transportasi, tapi mengubah bagaimana Singapura juga menjadi ICT City. "Sehingga kalau tidak perlu melakukan perjalanan fisik dan bisa lewat perangkat IT, ya tidak perlu ketemu fisik," kata guru besar transportasi UGM ini.
Jika Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo melakukan hal yang sama, Danang menilai langkah ini bisa lebih efektif. "Dibanding mengatur lampu lalu-lintas, atau membeli perangkat sinyal lalu lintas, yang menurut perspektif dunia hanya mampu mengurangi perjalanan 10-15 persen, investasi bandwidth jauh lebih efektif, mengurangi perjalanan 25 persen."
AMIRULLAH
Terhangat:
EDSUS HUT Jakarta | Kenaikan Harga BBM | Rusuh KJRI Jeddah
Baca juga:
Kongres Dukung Jokowi Presiden 2014 di Bandung
Jokowi Tolak Bayar Sewa Stan di PRJ Kemayoran
Ada 'Kartel' Kerak Telor di PRJ Kemayoran
Ahok Rela Taman Monas Rusak Karena PRJ