Pegawai Negeri Sipil (PNS) diambil sample darahnya saat dilakukan pengujian tes HIV dalam kegiatan Voluntary Counseling and Testing (VCT) di Balai Kota Jakarta, Selasa (22/10). TEMPO/Eko Siswono Toyudho
TEMPO.CO , Jakarta - Sebanyak 246.820 orang lelaki pelanggan seks komersil di DKI Jakarta rawan terjangkit HIV/AIDS. Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS Rohana Manggala mengatakan persebaran HIV/AIDS di Ibu Kota paling besar disumbang oleh perilaku seks tidak sehat seperti gonta-ganti pasangan atau tidak menggunakan kondom.
"Jumlah penderita HIV/AIDS di Jakarta bahkan masuk tiga besar se-Indonesia," kata Rohana di Balai Kota pada Selasa, 22 Oktober 2013. Tercatat pada tahun 2013 ada 24.807 kasus positif HIV dan 6.973 penderita AIDS.
Menurut data Komisi tercatat di DKI Jakarta pada tahun 2012 ada 21.229 jiwa pekera seks komersil berpotensi HIV/AIDS. Rinciannya, 7.662 jiwa merupakan pekerja seks komersil langsung yang menjajakan diri di lokalisasi atau jalanan.
Sedangkan sisanya adalah pekerja seks komersil tidak langsung alias punya pekerjaan sambilan seperti tukang pijat atau pemandu karoke. Bahkan, Rohana melanjutkan, jumlahnya bisa lebih banyak jika ditambahkan mereka yang masih sembunyi-sembunyi seperti ayam kampus atau seks on-line.
Rohana menuturkan bisnis prostitusi adalah yang paling rawan terjangkit HIV/AIDS. Alasannya, kesadaran para pelanggan masih kurang. Bahkan para PSK pun menutup mata soal penyakit ini.
Masyarakat, Rohana menambahkan, lebih percaya mitos ketimbang medis. "Mitos yang berkembang misal menelan antibiotik sebelum berhubungan dengan PSK dipercaya mengurangi resiko HIV/AIDS," ujarnya.
Menurut Rohana, hanya PSK "berkelas" dengan bayaran berkisar Rp 500 ribu ke atas yang sadar akan bahaya HIV/AIDS. "Sedangkan mereka yang di jalanan tidak peduli," katanya.
Aliansi Untuk Mengakhiri AIDS pada Anak di Indonesia Resmi Dibentuk!
2 Desember 2022
Aliansi Untuk Mengakhiri AIDS pada Anak di Indonesia Resmi Dibentuk!
Di Indonesia, hanya 25% dari anak-anak yang hidup dengan HIV menjalani pengobatan ARV yang menyelamatkan jiwa. UNAIDS Indonesia, Jaringan Indonesia Positif, Ikatan Perempuan Positif Indonesia, Lentera Anak Pelangi, dan Yayasan Pelita Ilmu menginisiasi aliansi baru untuk memperbaiki salah satu masalah yang paling mencolok dalam respon penanggulangan AIDS.