Petugas mengambil sampel darah Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (kanan) saat layanan tes HIV gratis di Balai Kota Jakarta, Selasa (22/10). ANTARA/Zabur Karuru
TEMPO.CO , Jakarta - Sebanyak 246.820 orang lelaki pelanggan seks komersil di DKI Jakarta rawan terjangkit HIV/AIDS. Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS Rohana Manggala mengatakan persebaran HIV/AIDS di Ibu Kota paling besar disumbang oleh perilaku seks tidak sehat seperti gonta-ganti pasangan atau tidak menggunakan kondom.
Menurut Rohana, hanya PSK "berkelas" dengan bayaran berkisar Rp 500 ribu ke atas yang sadar akan bahaya HIV/AIDS. "Sedangkan mereka yang di jalanan tidak peduli," katanya.
Komisi bukannya tidak pernah melakukan penyuluhan, Rohana mengaku mentok jika harus membina PSK kelas bawah. Masalahnya, secara psikologi para penjaja seks ini ada pada posisi lemah sehingga menuruti keinginan pelanggan.
Rohana menegaskan pendidikan dan pengetahuan akan HIV/AIDS penting. Apalagi mereka yang mengidap penyakit ini rata-rata adalah usia produktif 29 tahun sampai 44 tahun. Sehingga perlu pendidikan sejak dini.
Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama menilai kendala ekonomi menjadi salah satu corong meningkatnya angka penderita HIV/AIDS di DKI Jakarta. "Mereka yang ada di kelas ekonomi bawah belum sadar bahaya penyakit ini," katanya.
Parahnya, jika HIV/AIDS ini nempel kepada pelanggan yang sudah berkeluarga. Karena akan menimbulkan efek berantai. "Setelah tertular si pelanggan tidak sadar dan berhubungan dengan istri," ujar Basuki.
Pada titik ini, bisa terjadi perpindahan virus sehingga si istri akan membawa bakat HIV/AIDS yang bisa menulari anaknya. Tercatat pada 2013 ada 460 bayi terpapar HIV/AIDS bawaan orang tua. Angka ini naik dari 347 bayi pada 2012.
Aliansi Untuk Mengakhiri AIDS pada Anak di Indonesia Resmi Dibentuk!
2 Desember 2022
Aliansi Untuk Mengakhiri AIDS pada Anak di Indonesia Resmi Dibentuk!
Di Indonesia, hanya 25% dari anak-anak yang hidup dengan HIV menjalani pengobatan ARV yang menyelamatkan jiwa. UNAIDS Indonesia, Jaringan Indonesia Positif, Ikatan Perempuan Positif Indonesia, Lentera Anak Pelangi, dan Yayasan Pelita Ilmu menginisiasi aliansi baru untuk memperbaiki salah satu masalah yang paling mencolok dalam respon penanggulangan AIDS.