Jokowi Masih Punya Utang Rekomendasi BPK  

Reporter

Rabu, 30 Oktober 2013 05:54 WIB

Ekspresi Jokowi saat mengikuti acara "Meeting of The Governors and Mayors of the Capitals ASEAN" di JW Mariot Hotel, Jakarta, (19/09). Tempo/Dian Triyuli Handoko

TEMPO.CO, Jakarta -- Badan Pemeriksa Keuangan mencatat Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo punya utang rekomendasi yang belum ditindaklanjuti. Dalam kurun waktu 2009 hingga semester I 2013, tercatat BPK menelurkan 3.140 rekomendasi untuk DKI.

"Nilai rekomendasinya mencapai Rp 454,8 miliar," kata anggota V BPK Agung Firman Sampurna pada Selasa, 29 Oktober 2013. Saat ini, Agung mengatakan baru 63 persen rekomendasi yang dijalankan.

Kemudian ada 23 persen rekomendasi yang belum sesuai meski sudah diperbaiki dan 12 persen rekomendasi belum dilaksanakan. Sisanya adalah rekomendasi yang tidak bisa dilaksanakan.

Menurut Agung, kebanyakan rekomendasi ini merupakan turunan dari hasil temuan BPK yang mencatat ada kerugian negara, potensi kerugian, dan ketidakhematan DKI. Seperti ada pengadaan atau pekerjaan fiktif.

Kemudian, rekanan tidak menyelesaikan pekerjaan, kekurangan volume pekerjaan, kelebihan pembayaran, dan mark up. Selain itu, Agung melanjutkan, aset DKI yang dikuasai pihak lain atau aset yang hilang juga berpotensi merugikan negara.

Kemudian, perilaku tidak hemat juga masih muncul dalam temuan BPK di kurun waktu tersebut. Seperti pengadaan barang yang melebihi kebutuhan serta kualitas dan kuantitas barang tidak sesuai.

Agung menjelaskan beberapa rekomendasi yang diberikan seperti membenahi sistem pembahasan anggaran pendapatan dan belanja daerah. Kuncinya adalah tidak molor waktu pengesahan.

Anggaran yang dibahas dalam waktu mepet rawan penyimpangan. Sebab, dalam temuan BPK lainnya, hanya 36 persen dari 431 pemerintah daerah di tahun anggaran 2013 yang tepat waktu. Jakarta termasuk telat.

Pembahasan yang sesuai jadwal akan membuat perencanaan matang dan mengurangi penyimpangan. Selain itu, perlu ada perbaikan sistem tender.

Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo mengatakan hasil rekomendasi ini kebanyakan adalah audit pada APBD sebelum ia menjabat. "Tapi memang sudah konsekuensi untuk meneruskan," katanya.

Ia mengatakan akan menjalankan rekomendasi ini secara bertahap. Salah satunya adalah pelaksanaan e-katalog dan e-budgeting.

Tujuan e-katalog ini adalah untuk memangkas tender. Dengan cara ini, belanja barang tidak perlu lewat tender, mirip membeli barang di online shop. Bahkan, bisa lebih transparan dan cepat.

Sedangkan e-budgeting, akan diujikan pada pembahasan APBD 2014. Teknisnya ada sistem yang akan mengunci anggaran mana saja yang tidak diperlukan.

SYAILENDRA

Baca juga:

Nasihat MUI buat FPI dan Jokowi Soal Lurah Susan

Rapat DPR Semalam, Jokowi 'Dibantai' Soal Ria Rio

Ahok: Indonesia Butuh Pemimpin yang Bisa Perang

Dua Lurah Diincar FPI, Wali Kota Jaksel Waspada

Berita terkait

Jokowi Disebut Ajukan Budi Gunawan Masuk Kabinet Prabowo

29 menit lalu

Jokowi Disebut Ajukan Budi Gunawan Masuk Kabinet Prabowo

Pengajuan nama Budi Gunawan oleh Jokowi, kata narasumber yang sama, bertujuan untuk meluluhkan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Sukarnoputri.

Baca Selengkapnya

Luhut Minta Prabowo Jangan Bawa Orang 'Toxic' ke Pemerintahan, Siapa yang Dimaksud?

1 jam lalu

Luhut Minta Prabowo Jangan Bawa Orang 'Toxic' ke Pemerintahan, Siapa yang Dimaksud?

Luhut menyebut istilah toxic saat berpesan kepada Prabowo Subianto tentang pemerintahan mendatang. Siapa yang dimaksud Luhut?

Baca Selengkapnya

Pasokan Pupuk Subsidi Ditambah, Mentan Dorong Petani Memanfaatkan

16 jam lalu

Pasokan Pupuk Subsidi Ditambah, Mentan Dorong Petani Memanfaatkan

Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman meminta petani manfaatkan alokasi pupuk subsidi.

Baca Selengkapnya

Apa Itu Presidential Club yang Diusulkan Prabowo?

19 jam lalu

Apa Itu Presidential Club yang Diusulkan Prabowo?

Presidential Club berisi para eks presiden Indonesia yang akan saling berdiskusi dan bertukar pikiran untuk menjaga silaturahmi dan menjadi teladan.

Baca Selengkapnya

Microsoft Investasi Rp35,6 triliun di Malaysia, Bagaimana dengan di Indonesia?

23 jam lalu

Microsoft Investasi Rp35,6 triliun di Malaysia, Bagaimana dengan di Indonesia?

Microsoft siap investasi Rp35,6 triliun di Malaysia, bagaimana dengan rencana investasinya di Indonesia?

Baca Selengkapnya

Timnas Indonesia U-23 Bersiap Jalani Laga Playoff Olimpiade Paris 2024, Jokowi Optimistis Skuad Garuda Menang Lawan Guinea

1 hari lalu

Timnas Indonesia U-23 Bersiap Jalani Laga Playoff Olimpiade Paris 2024, Jokowi Optimistis Skuad Garuda Menang Lawan Guinea

Timnas Indonesia U-23 akan menghadapi Guinea di laga playoff Olimpiade Paris 2024 pada Kamis, 9 Mei mendatang.

Baca Selengkapnya

Sekjen Gerindra Tepis Anggapan Jokowi Jadi Penghalang Pertemuan Prabowo dan Megawati

1 hari lalu

Sekjen Gerindra Tepis Anggapan Jokowi Jadi Penghalang Pertemuan Prabowo dan Megawati

Justru, kata Muzani, Presiden Jokowi lah yang mendorong terselenggaranya pertemuan antara Prabowo dan Megawati.

Baca Selengkapnya

Pengamat Sebut Ide Prabowo Bentuk Presidential Club Bagus, tapi Ada Problem

1 hari lalu

Pengamat Sebut Ide Prabowo Bentuk Presidential Club Bagus, tapi Ada Problem

Pengamat Politik Adi Prayitno menilai pembentukan presidential club memiliki dua tujuan.

Baca Selengkapnya

Jokowi Teken UU Desa, Pengamat Soroti Anggaran hingga Potensi Politik Dinasti

1 hari lalu

Jokowi Teken UU Desa, Pengamat Soroti Anggaran hingga Potensi Politik Dinasti

Salah satu poin penting dalam UU Desa tersebut adalah soal masa jabatan kepala desa selama 8 tahun dan dapat dipilih lagi untuk periode kedua,

Baca Selengkapnya

Membedah 5 Poin Krusial dalam UU Desa yang Baru

1 hari lalu

Membedah 5 Poin Krusial dalam UU Desa yang Baru

Beleid itu menyatakan uang pensiun sebagai salah satu hak kepala desa. Namun, besaran tunjangan tersebut tidak ditentukan dalam UU Desa.

Baca Selengkapnya