Sejumlah anggota kepolisian merazia sejumlah pelajar di Kawasan Roxy, Jakarta, (24/05). Razia ini dilakukan untuk mengantisipasi adanya tawuran pelajar pasca pengumuman hasil UN bagi siswa SMA. Tempo/Dian Triyuli Handoko
TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama menyatakan, penilaian kejam terhadap dirinya yang mendukung dikeluarkannya siswa SMA Negeri 46 akibat membajak bus tidak mendasar. "Saya dibilang kejam, padahal mereka yang kejam," kata Ahok saat ditemui di kantor Wakil Gubernur DKI Jakarta pada Kamis, 14 November 2013.
Sebelumnya, sebanyak 36 siswa kedapatan merencanakan aksi perkelahian antarpelajar dan membajak bus Kopaja untuk mengitari daerah Kebayoran Baru, dan berencana menghajar kerumunan pelajar lain yang mereka temui di sepanjang perjalanan.
Ahok menilai pihak sekolah sudah mengambil keputusan tepat meski belum sepenuhnya tegas. "Kalau mau tegas, bisa dikriminalkan saja itu anak-anaknya," kata Ahok.
Ahok mengatakan, keputusan untuk mengeluarkan siswa dilakukan untuk memberi efek jera bagi siswa yang berani bersikap sok jagoan di sekolah. Menurut dia, pertama boleh hanya dikeluarkan. Namun, kalau sampai terulang, anak itu sudah calon penjahat.
Mengingat, menurut Ahok, anggaran yang dialokasikan untuk pendidikan dari APBD tidak sedikit. "Kita alokasikan 29 persen APBD untuk pendidikan, bukan untuk dipakai sok jagoan," kata Ahok.
KPU DKI Pastikan Duet Anies-Ahok Tak Bisa Terwujud: Melanggar Undang-undang
1 hari lalu
KPU DKI Pastikan Duet Anies-Ahok Tak Bisa Terwujud: Melanggar Undang-undang
KPU Provinsi DKI Jakarta memastikan duet Anies Baswedan dengan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok pada Pemilihan Kepala Daerah atau Pilkada DKI Jakarta 2024 tidak akan terwujud.