TEMPO.CO, Tangerang - Istomo Gatot, mantan Kepala Subbidang Organisasi Tata Laksana PT Kereta Api Indonesia, yang ditangkap karena menyelundupkan narkoba jenis sabu seberat 3.026 gram senilai Rp 4,085 miiar dari India, mengaku sebagai korban penipuan sindikat narkotik internasional. “Saya tertipu,” kata Istomo kepada Tempo di kantor Bea dan Cukai Bandar Udara Soekarno-Hatta, Cengkareng, Tangerang, pada Kamis, 5 Desember 2013.
Dengan wajah tertunduk, lelaki berusia 74 tahun, asal Lawang, Kabupaten Malang, Jawa Timur, itu menceritakan awalnya dia berkenalan dengan seseorang di India yang mengaku sebagai finance agency.
Pada saat yang bersamaan, dirinya sedang membutuhkan dana cukup besar untuk membiayai yayasan yatim piatu dan fakir miskin miliknya, Al-Mutaqin, di Lawang. “Dana yang dibutuhkan murni untuk kegiatan sosial,” kata Ismoko.
Dalam komunikasi yang intens melalui e-mail tersebut, kata dia, warga India yang ia kenal sebagai finance agency tersebut menjanjikan akan memberikan bantuan sebesar US$ 250 ribu. Orang India tersebut meminta agar Istomo datang ke India untuk meneken perjanjian dan pencairan dana lunak tersebut. “Saya datang ke India untuk meneken perjanjian itu, bukan untuk yang lain,” katanya. Istomo juga mengaku tidak mengetahui jika di dalam koper yang ia bawa terdapat sabu seberat 3.026 gram.
Istomo ditangkap pada 20 November 2013 di terminal 2 D Bandara Soekarno-Hatta setelah turun dari pesawat Etihad Airways (EY 474) tujuan Abu Dhabi-Jakarta dengan rute perjalanan Surabaya-Jakarta-Abu Dhabi-India-Abu Dhabi-Jakarta.
Ketua Tim Penyidik Bareskrim Dir Narkoba Polda Metro Jaya Ajun Komisaris Besar Haryono menyangkal alasan Istomo tersebut. “Itu hanya alibi dia saja,” kata Haryono di kantor Bea dan Cukai Bandara Soekarno-Hatta.
Menurut dia, perjalanan Istomo yang cukup panjang bolak-balik tersebut sudah dipersiapkan dengan matang. “Tiket dan pesawat dan biaya dia keluar negeri ditanggung oleh orang India yang berkomunikasi dengannya melalui e-mail tersebut,” katanya. Dengan sejumlah fakta tersebut, kata Haryono, mustahil Istomo tidak mengetahuinya.
JONIANSYAH