Petugas mengecek kesiapan guna melakukan rekayasa cuaca di dalam pesawat Hercules di Bandara Halim Perdana Kusuma, Jakarta, (14/1). Alat ini yang digunakan Pemprov DKI Jakarta untuk mengurangi tingkat curah hujan yang tinggi dan melakukan rekayasa cuaca. TEMPO/Eko Siswono Toyudho
Dedi mengatakan periode musim hujan di Bogor dan sekitarnya dari Oktober 2013 hingga Juni 2014 masih berpeluang munculnya curah hujan tertinggi beberapa kali. Apalagi pantauan satelit memperlihatkan banyak gumpalan awan tebal yang potensial hujan lebat. "Memang curah hujan tertinggi, yakni 380 mm, sudah terjadi, tapi tidak menutup kemungkinan akan terjadi lagi dua-tiga kali lagi karena saat ini masih dalam kondisi puncak musim hujan," katanya.
Biasanya, kata Dedi, kondisi hujan di wilayah pegunungan pada musim penghujan terjadi pada siang hingga malam. Sementara wilayah teluk atau pantai potensi hujan terjadi sepanjang malam hingga pagi hari. "Jika siklus hujan ini terjadi secara bersamaan di wilayah pegunungan dan teluk, ini berakibat banjir," ujarnya.
Namun jika hujan deras hanya terjadi di Puncak sementara hilir tidak, itu biasanya berpotensi banjir bandang. "Dan sebaliknya, jika hujan lebat terjadi di daerah teluk atau pantai sementara di Puncak tidak, potensi yang terjadi saat ini adalah banjir rob karena permukaan air laut meluap," katanya.
