Sampah-sampah sisa pengunjung perayaan tahun baru berserakan di kawasan Monas, Jakarta (1/1). Sampah yang terdiri dari tikar karung plastik, gelas plastik sisa minuman, botol plastik, kardus, puntung rokok serta selongsong kembang api tersebut ditinggalkan oleh masyarakat usai perayaan kemeriahan pergantian tahun baru 2014. TEMPO/Eko Siswono Toyudho
TEMPO.CO, Jakarta - Kepala UPT Monas Rini Haryani mengemukakan beberapa alasan Monas tidak pernah dibersihkan selama setengah abad. "Salah satunya, karena tak ada tenaga ahli,"ujar Rini kepada Tempo, Jumat, 4 April 2014.
Rini menjelaskan, mencari tenaga ahli yang membersihkan Monas bukanlah perkara gampang. Monas membutuhkan penanganan khusus karena tingginya mencapai 132 meter, berdiri sejak 1961, dan terbuat dari marmer. Penanganan yang sembarangan justru bisa menimbulkan kerusakan. Contohnya, marmer Monas bisa terkelupas jika disemprot dan disikat dengan cara yang salah. "Belum ada di Indonesia yang bisa. Faktor keamanan juga berpengaruh," ujarnya. (Baca: Ahok: Setelah 22 Tahun, Akhirnya Monas Dibersihkan)
Rini menambahkan, masalah dana juga menjadi hambatan. Sebab, biaya membersihkan Monas tak murah, sementara anggaran pengelolaan cukup terbatas. "Saya enggak bisa menyebut nilai berapa ya, tapi kami harus punya skala prioritas dalam membersihkan Monas. Lagi pula, kami lihat, mendesak atau tidak bersihkan luar,"ujarnya
Rencananya, pada 5-18 Mei 2014, Monas akan dibersihkan. Monumen bersejarah ini terakhir kali dibersihkan pada 1992 oleh perusahaan yang sama, Kaercher, lewat program tanggung jawab sosial. Biaya yang dianggarkan Kaercher untuk membersihkan Monas belum diketahui. Namun, sebagai gambaran, renovasi Monas menelan duit Rp 4 miliar pada 2013. (Baca: Begini Cara Ahli Jerman Cuci Monas)