Aktivis yang peduli terhadap kekerasan terhadap perempuan dan anak melakukan aksi di Bunderan Hotel Indonesia, Jakarta, Selasa (29/1). Mereka menuntut adanya perhatian lebih dari pemerintah dan elemen masyarakat terhadap kejahatan seksual pada anak dan perempuan. TEMPO/Eko Siswono Toyudho
TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak Indonesia, Arist Merdeka Sirait, menilai manajemen sekolah taman kanak-kanak internasional sudah kebobolan karena menerima pekerja yang memiliki kelainan seksual. "Seharusnya pengawasan terhadap pekerja dilakukan sangat ketat,” ujar dia kepada Tempo, Senin, 14 April 2014. (Baca: Siswa TK Internasional Diduga Alami Pelecehan)
Seorang siswa di sebuah taman kanak-kanak sekolah internasional diduga menjadi korban kekerasan seksual di sekolahnya. Korban yang baru berusia 5 tahun itu saat ini menjalani perawatan karena terserang penyakit.
"Duburnya membusuk gara-gara terinfeksi bakteri dan virus herpes," ujar ibu korban saat memberi keterangan kepada wartawan di Restoran Sari Kuring, kawasan SCBD, Jakarta Selatan, kemarin. (Baca: Pelaku Sodomi Murid TK Internasional Berkomplot)
Ibu korban mengungkapkan buah hatinya itu menceritakan bahwa dia kerap disiksa di sekolah oleh orang yang dipanggilnya bapak dan mbak. Penyiksaan dilakukan pelaku di toilet sekolah. “Anak saya mengaku dipegangi seorang perempuan lalu setiap pria yang disebut ‘bapak’ itu memasukkan kemaluannya ke dubur anak saya,” kata ibu korban. (Baca: Modus Pelecehan Seksual Murid TK Internasional)
Juru bicara Polda Metro Jaya Komisaris Rikwanto membenarkan adanya kasus kekerasan seksual ini. Penyidikan ditangani Direktorat Reserse Kriminal Polda Metro Jaya. “Ada dua orang yang sudah ditahan,” katanya melalui pesan pendek. (Baca juga: Bocah Korban Pelecehan: Stop, Please Don't Do That)