TEMPO.CO, Jakarta - Hercules Rosario Marshal, terdakwa kasus pemerasan dan tindak pidana pencucian uang, bakal menghadapi sidang vonis di Pengadilan Negeri Jakarta Barat hari ini, Kamis, 8 Mei 2014. Tim kuasa hukum terdakwa yakin kliennya tidak bersalah dan bisa lolos dari jerat hukum. "Sesuai dengan pembelaan kami, (Hercules) tidak melanggar apa pun," ujar anggota tim kuasa hukum, Charles Roy Sijabat, saat dihubungi hari ini.
Charles mengatakan, selama persidangan, tidak ada keterangan dari saksi yang menyebutkan kliennya telah melakukan pemerasan. Dia juga menyatakan kesaksian dari para saksi juga tak satu pun yang merasa menjadi korban aksi pemerasan Hercules. Karena itu, dia meyakini kliennya tidak bersalah, seperti yang dituntut jaksa penuntut umum.
Tidak adanya aksi pemerasan itu juga disebut bakal membuat jeratan hukum menggunakan pasal tindak pidana pencucian uang berpotensi tidak terbukti. Soalnya, Hercules tidak mendapatkan uang melalui aksi kejahatan seperti pemerasan.
Namun dia menolak berandai-andai soal putusan yang bakal dibacakan oleh majelis hakim. "Kita lihat saja nanti putusannya apa," kata Charles. Rencananya, sidang pembacaan vonis terhadap Hercules bakal digelar pukul 13.00 WIB.
Sebelumnya, Hercules dituntut hukuman penjara 5 tahun oleh jaksa penuntut umum. Dia dianggap melanggar Pasal 368 KUHP tentang Pemerasan dan Pasal 3 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang.
Dalam tuntutannya, jaksa menganggap Hercules telah melakukan pemerasan terhadap seorang pengusaha pengembang apartemen dan ruko di Srengseng, Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Hercules kemudian dianggap mencuci uangnya karena mengirim uang hasil kejahatan itu ke rekening milik istrinya.
Bantah Lakukan Aksi Premanisme terhadap PT CNI, Warga Wolo: Kami Minta Pertanggungjawaban Perusahaan
23 Juni 2023
Bantah Lakukan Aksi Premanisme terhadap PT CNI, Warga Wolo: Kami Minta Pertanggungjawaban Perusahaan
Pemuda dan mahasiswa Wolo mengecam PT Ceria Nugraha Indotama (CNI) yang menganggap aksi ratusan warga Desa Muara Lapao-pao, Kecamatan Wolo, Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara, sebagai aksi premanisme.