Pedagang Kaki Lima merebut barang dagangannya saat ditertibkan petugas Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) di kawasan Monas, Jakarta, Rabu (11/9). Penertiban PKL rutin tersebut guna mengembalikan fungsi kawasan yang bebas dari pedagang. TEMPO/Eko Siswono Toyudho
TEMPO.CO, Jakarta - Area Monas masih didominasi oleh keberadaan pedagang kaki lima (PKL). Monas tak ubahnya area pasar malam yang diisi ratusan bahkan ribuan PKL. Keberadaan mereka membuat Monas kumuh. Pengunjung pun mengeluh.
Pantauan di lapangan menunjukkan para PKL masih merajai pemandangan area Monas. Mereka berjualan aneka rupa dagangan, seperti baju, celana, sandal, tas, makanan, minuman, perhiasan, peralatan rumah tangga, dan obat. Bahkan ada sejumlah komidi putar mini dan wahana bermain anak yang biasa ditemukan di pasar malam di perkampungan.
Mereka membuka lapak di kiri-kanan jalan dengan seadanya. Beberapa di antaranya menggunakan tenda. Keberadaan PKL ini membuat kondisi Monas tampak semakin semrawut dan berantakan. Sampah-sampah terlihat di mana-mana. "Monas jadi amburadul, PKL enggak tertib, jadinya terlihat kumuh," kata Udin, pengunjung Monas, kepada Tempo, Ahad, 29 Juni 2014. (Lihat: 95 Persen Kawasan Monas Steril dari PKL).
Warga Pademangan, Jakarta Utara, ini mengaku sering mengajak keluarganya ke Monas. Dia berharap Monas bisa dibersihkan dari PKL. PKL, kata Udin, harus ditata di area khusus, sehingga pengunjung tetap bisa berbelanja dengan nyaman. "Harapan saya, Monas jadi lebih tertib dan nyaman." (Baca juga: PKL di Monas, Pagar Monas Dijebol di 20 Titik)