Penumpang turun dari bus di Terminal Kampung Rambutan, Jakarta, pada masa Arus Balik, Selasa (14/9). Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memprediksi, jumlah pendatang baru yang memasuki Jakarta pada arus balik Lebaran kali ini sekitar 60 ribu orang atau lebih sedikit dibandingkan tahun lalu yang sebanyak 69.554 orang. TEMPO/Seto Wardhana
TEMPO.CO, Jakarta - Memasuki arus balik Lebaran 2014 sejak 30 Juli 2014 lalu, Kepala Dinas Pendudukan dan Catatan Sipil DKI Jakarta Purba Hutapea mengatakan Ibu Kota akan kedatangan hampir 70 ribu penduduk baru. "Itu berdasarkan data dari Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia," ujarnya saat dihubungi Tempo pada Selasa, 5 Agustus 2014.
Data ini diambil berdasarkan survei dengan responden dari calon-calon pemudik yang dipilih secara acak. Para calon pemudik ini diambil dari kelurahan yang berdasarkan data tahun sebelumnya paling banyak dihuni pendatang baru. (Baca: Cara Ahok Halau PendatangkeJakarta)
"Mereka ditanya apakah akan membawa kerabat, kenalan, atau saudara saat kembali ke Jakarta. Dari 36 persen penduduk Jakarta yang mudik, hampir 2 persen menjawab ya," ujar Purba menambahkan.
Berdasarkan data dari Dinas Kependudukan, jumlah penduduk Jakarta saat ini mencapai total 9.978.100 jiwa, sedangkan jumlah pemudiknya mencapai 3.613.070 jiwa atau 36,26 persen. Berdasarkan survei tersebut, didapatkan 68.357 orang atau 1,9 persen dari jumlah pemudik Jakarta yang mengatakan akan membawa kerabatnya ikut ke Ibu Kota. (Baca: Usai Lebaran, Pendatang Baru ke Jakarta Naik 30 Persen)
"Tapi jumlah itu masih belum pasti, seperti angka quick count pemilu lah. Makanya kami imbau lagi ke RT, RW, dan kelurahan untuk melaporkan pendatang baru di daerahnya," ujar Purba.
Ia berharap fokus terutama diletakkan pada rumah kos atau kontrakan yang akan banyak menampung pendatang-pendatang baru ini. Pelaporan tersebut akan digunakan untuk mendata tujuan orang tersebut datang ke Jakarta serta statusnya apakah bekerja atau belajar dan juga apakah ia akan menetap secara permanen atau tidak.
Pendataan ini diharapkan dapat mengurangi jumlah orang-orang yang datang ke Jakarta hanya untuk menjadi pengamen, pengemis, atau bahkan pedagang kaki lima.