Lasro Marbun, Kepala Dinas Pendidikan DKI. TEMPO/Dian Triyuli Handoko
TEMPO.CO, Jakarta - Hingga Rabu malam, 6 Agustus 2014, belum ada sepatah kata pun dari mulut Lasro Marbun, Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta, yang menyatakan akan mengundurkan diri kepada Wakil Gubernur Basuki Tjahaja Purnama. Telepon genggamnya mendadak tak bisa dihubungi. Berikut kami nukilkan kembali potongan wawancara yang dilakukan wartawan Tempo, Anggrita Desyani dan Atmi Pertiwi, sebulan setelah Lasro dilantik sebagai Kepala Dinas Pendidikan, Maret 2014. (Baca: Ahok Sebut Kepala Dinas Pendidikan Stres Berat)
Apa yang sudah Anda dapati? Ada yang cara melayaninya sudah baik. Tapi ada juga yang tidak care, tidak hangat. Ini bukan cuma di sekolah, melainkan juga di kantor suku dinas. Ada yang ketika bertemu dengan orang malah bertolak pinggang. Ada juga yang menganggap dirinya harus didahulukan. Ini kan gawat. Seperti lupa kalau mereka adalah pelayan publik yang digaji dari uang rakyat. Mengembalikan gaji itu seharusnya dalam bentuk pelayanan yang ramah, sigap.
Berarti akan ada perombakan di Dinas Pendidikan? Apakah ini terobosan yang pernah diharapkan Wakil Gubernur Basuki T. Purnama (Ahok) dari Anda? Tentu tidak bisa disamakan dengan di tempat saya sebelumnya. Di sini harus lebih lembut. Sekarang disentuh dulu hatinya. Kalau tidak mempan, ya ditarik tangan, kakinya. Tidak mempan juga, baru kami tegakkan aturan. Sementara ini, saya mengawasi langsung, tidak mengandalkan laporan kepala suku dinas.
Lalu, apa langkah terdekat Anda? Kami koreksi dulu apa yang perlu diperbaiki, dari perencanaan, manajemen pendidikan, hingga pelaksanaannya. Lalu, apakah aset seperti anggaran, sumber daya manusia, dan dokumen sudah dimanfaatkan dengan baik. Caranya, cek lapangan. Tidak perlulah ada pengadaan berlebihan.
Apakah selama ini ada pengadaan yang Anda anggap tidak perlu? Saya tidak mau berbicara masa lalu. Tetapi kalau memang butuh bangku tiga dan sudah ada kan tidak perlu ditambah. Mau semua pakai karpet? Itu kan namanya berlebihan. Membangun sekolah lima lantai itu urusan kecil. Tapi pendidikan itu kan sebetulnya bagaimana kita menghasilkan generasi yang punya rasa hormat, martabat, bisa menggunakan ilmunya dengan baik. (Baca juga: Ini Rapor Kepala Dinas Pendidikan DKI Lasro Marbun)