Siswa Siswi mengikuti proses kegiatan belajar mengajar di sekolah SD 01 Menteng dengan menggunakan buku kurikulum 2013 yang difotocopy di Jakarta, 14 Agustus 2014. TEMPO/Dasril Roszandi
TEMPO.CO, Jakarta - Kurikulum 2013 telah mulai diterapkan. Namun, kurikulum ini masih saja menuai perdebatan. Sekretaris Jenderal Forum Serikat Guru Indonesia Retno Listyarti menganggap kurikulum ini bukan solusi kemajuan pendidikan Indonesia. "Memajukan pendidikan bukan dengan mengganti kurikulum," kata dia kepada Tempo, Jumat, 15 Agustus 2014.
Menurut dia, kunci kemajuan pendidikan di Indonesia ada di tangan guru-gurunya. "Yang perlu ditingkatkan adalah kualitas guru," kata dia. Retno menjelaskan jika kualitas guru bagus, kurikulum macam apa pun, bahkan tanpa kurikulum sekali pun, anak-anak didik yang dihasilkan pasti baik. "Guru-guru kita saja tak siap menjalankan kurikulum baru ini," ujarnya. (Baca: Kurikulum2013: Murid Bingung Belajar Apa)
Retno mengibaratkan kurikulum ini seperti mobil mewah triliunan dan sopirnya adalah para guru. "Kurikulum ini kan mahal, tapi tidak bisa jalan karena sopirnya sendiri tak bisa mengendarainya," kata dia. Menurut Retno, penerapan kurikulum ini ibarat memberi obat yang salah. "Ini salah obat. Harusnya diberi obat guru yang berkualitas," ujarnya. (Baca: Kurikulum2013, Sekolah di Jakarta Sampai Jumat)
Menurut dia, kurikulum sebelumnya, yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006, lebih baik dibandingkan dengan kurikulum baru ini. Salah satunya terkait dengan penyamarataan sistem pendidikan. "KTSP itu mengakomodir masing-masing satuan pendidikan sesuai kondisi. Kalau K-13, kan, berlaku nasional," ujarnya. Inilah yang dianggap tidak sesuai dengan kondisi keberagaman yang ada di Indonesia. (Baca juga: Untung-Rugi Jam Belajar Kurikulum2013 Versi FSGI)