Petugas menawarkan Sistem Parkir Elektronik (e-parking) pada pengguna kereta api di Stasiun Bogor, 1, Oktober 2014. Sistem e-parking diberlakukan di 23 lokasi stasiun di JABODETABEK. TEMPO/Lazyra Amadea Hidayat
TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Unit Pelaksana Teknis Perparkiran Dinas Perhubungan DKI Jakarta Sunardi Sinaga mengatakan sepekan uji coba penerapan parkir elektronik atau parking meter di Jalan Haji Agus Salim, Jakarta Pusat, masih ada pemilik kendaraan yang terpaksa harus membayar dengan uang tunai.
Penyebabnya, juru parkir kerap kehabisan uang koin sebagai alat pembayaran yang dibekali per harinya. "Terutama saat sudah malam," kata Sunardi saat dihubungi, Sabtu, 4 Oktober 2014.
Sunardi menjelaskan instansinya menyediakan Rp 5 juta dalam bentuk uang koin untuk setiap delapan jam. Uang itu dikelola oleh seorang koordinator yang membawahi lebih dari seorang juru parkir. Di lokasi tersebut, total 11 orang juru parkir menjaga setiap mesin yang mampu mendeteksi hingga sekitar 15 unit mobil. (Baca: Juru Parkir Jalan Sabang Dibekali Kartu Elektronik)
Selain itu, Sunardi mengatakan pengawasan di area parkir masih lemah. Petugas masih menemukan pemilik kendaraan hanya membayar satu jam waktu parkir meski waktu yang digunakan sebenarnya lebih lama. "Kelemahannya memang di pengawasan," ujarnya.
Ia berujar penyelesaian masalah itu membutuhkan partisipasi dan kesadaran masyarakat. Menurut Sunardi, studi perbandingan ketertiban penerapan parkir elektronik di beberapa negara memerlukan waktu setidaknya lima tahun. Untuk itu, Sunardi menargetkan alat pembayaran parkir sudah menggunakan uang elektronik pada awal November mendatang.
Nantinya, Sunardi menuturkan penggunaan uang elektronik juga akan disertai dengan alat sensor. Alat ini berfungsi mendeteksi kendaraan yang tak membayar sesuai dengan waktu yang tercatat. "Kami sedang pikirkan caranya," ujar Sunardi. (Baca juga: Dinilai Sukses, Bandung Segera Tambah ParkirMeter)