Rumah Digusur, Hawariah Tak Mampu Lagi Menangis  

Reporter

Editor

Suseno TNR

Kamis, 16 Oktober 2014 06:43 WIB

Sebanyak 1.536 personil gabungan Polri, TNI, Satpol PP, dan Dishub terlibat dalam pembongkaran kios pedagang di Terminal Depok, 8 Oktober 2014. TEMPO/Ilham Tirta

TEMPO.CO , Depok - Di bawah panas terik matahari yang menyengat, Hawariah kembali melihat puing-puing sisa tembok rumahnya yang menumpuk di tanah lapang dekat Terminal Depok, Rabu, 15 Oktober 2014. Wanita 46 tahun itu belum sepenuhnya percaya bahwa rumah hadiah perkawinannya dengan Muslim Baharudin 16 tahun lalu itu telah rata dengan tanah. Revitalisasi terminal itu mengharuskan rumah Hawarah tergusur. Sedangkan Hawariah dan keluarganya harus terusir.

"Saya sudah tidak bisa mengangis. Air mata saya telah habis, tapi tidak ada yang mendengar," kata Hawariah dengan penuh emosi ketika ditemui di atas bongkahan sisa tembok rumahnya. <!--more-->

Rumah Hawariah berdiri tepat di sebelah Terminal Depok. Hari itu, Pemerintah Kota Depok tengah membongkar kios dan lapak pedagang kaki lima karena lahan terminal akan diperluas. Yang membuat Hawariah bingung, bangunan miliknya bukanlah kios, melainkan rumah yang telah berdiri sebelum terminal itu dibangun pada 1992. Saat terminal itu diresmikan pada 1993, Hawariah sedang mengandung anak pertamanya. "Bagaimana bisa rumah dan tanah saya disamakan dengan kios pedagang?"

Mulai sekitar pukul 5.00, lebih dari seribu pasukan gabungan TNI, polisi, dan Satuan Polisi Pamong Praja mengawal pembongkaran kios di Terminal Depok. Banyaknya jumlah petugas membuat para pemilik bangunan pasrah. Hanya beberapa yang berusaha mempertahankan bangunan mereka, termasuk Hawariah.

Saat petugas datang, Hawariah masih berada di rumah bersama tiga anaknya. Sedangkan suaminya sudah berangkat kerja. Hawariah merasa tenang karena sebelumnya petugas yang sering berkunjung ke terminal menjanjikan rumah mereka tidak akan dibongkar. "Saya tidak pernah curiga karena petugas yang datang subuh itu masih biasa-biasa saja," katanya. <!--more-->

Pada pukul 10.00, Hawariah pergi untuk mengantar anaknya ke sekolah di seberang Stasiun Depok Baru, sekitar 150 meter dari tempat penggusuran. Hawariah tersentak ketika tetangganya berteriak rumahnya akan dibongkar. Ia pun berlari tunggang-langgang kembali pulang.

Benar saja, di dalam rumah bercat putih cokelat itu terdapat beberapa petugas yang mengeluarkan barang-barangnya dengan paksa. "Saya tanya, mau dibawa ke mana barang saya? Mereka tidak mempedulikan," katanya.

Hawariah pun hanya bisa berteriak histeris dengan anaknya saat perabotan rumahnya dikeluarkan. "Semua barang-barang saya rusak, bahkan kompor (gas) yang masih menyala ditarik langsung tanpa dimatikan dulu," katanya. Hawariah menyatakan baru kali itu melihat kekejaman manusia yang tidak memikirkan nasib orang lain. "Benar-benar bukan manusia lagi."

Hati Hawariah semakin pilu melihat rumahnya dihantam alat berat hingga dindingnya hancur. Atap rumah yang selama ini melindungi keluarganya dari sengatan matahari dan hujan itu roboh seketika. Hawariah hanya bisa menangis dan berpelukan dengan anaknya. "Sumpah dan ratapan kami sudah tidak ada gunanya. Kami diseret keluar," katanya. Hari itu, seharian Hawariah hanya duduk melamun di tepi lokasi penggusuran sambil menunggu suaminya pulang.

Awalnya, Hawariah dan keluarga kebingungan karena tak punya tempat tinggal. Suaminya adalah warga Depok yang lahir dan tinggal di lahan seluas 2.385 meter persegi yang kini ditempati terminal. Kini, keluarganya tinggal di rumah teman anaknya di wilayah Citayam. "Kami menumpang di rumah teman anak saya," katanya. <!--more-->

Suami Hawariah, Muslim Baharudin, 46 tahun, murka melihat rumah dan tanah warisan orang tuanya itu diambil paksa oleh pemerintah. Dengan mengangkat surat-surat tanah itu, dia menegaskan bahwa dia bukan pedagang yang menyewa kios di sana, tapi pemukim asli. "Saya punya semua surat-suratnya. Tanah saya dicuri!" katanya.

Surat-surat yang dibawa Muslim, di antaranya, girik tanah, akta kepemilihan tanah dari kelurahan, dan bukti pembayaran pajak bumi dan bangunan pada 2012. Dalam surat-surat itu, tanah seluas 2.385 meter persegi itu tercatat sebagai milik Maspiah binti Suraidin, ibu kandung Muslim. Rencananya, Muslim akan melaporkan kejadian itu ke Markas Besar Polri di Jakarta. "Saya akan menuntut semuanya," katanya.

Muslim tidak habis pikir kenapa petugas menipu mereka dengan mengatakan rumah mereka tidak akan dibongkar. Padahal, jika petugas meminta baik-baik, dia dan keluarganya akan mau pindah dengan catatan mendapat ganti rugi. "Kalau mereka mau kasih toleransi sehari saja, kami akan terima," katanya. Namun nasi sudah menjadi bubur. Kenyataannya, petugas membongkar rumah mereka dengan tidak manusiawi. "Bagaimana perasaan anak-anak saya? Wali Kota harus bertanggung jawab."

Seperti diketahui, Pemerintah Kota Depok telah mengusir ratusan pedagang di Terminal Depok dengan merobohkan 150 kios dan 180 lapak pedagang kaki lima, Rabu, 8 Oktober 2014. Pengosongan lahan itu adalah langkah awal revitalisasi Terminal Terpadu Depok yang diidam-idamkan Pemerintah Kota Depok yang dipimpin Wali Kota Nur Mahmudi Ismail. Terminal itu nantinya akan dilengkapi pusat grosir dan apartemen yang bisa memanjakan warga Depok yang berkepentingan terhadap terminal tersebut. Selain itu, bangunan terminal akan tersambung dengan Stasiun Depok Baru yang berada di belakangnya.

ILHAM TIRTA

Berita lain:
Tahir Beri Megawati Penghargaan dan Uang Rp 1 M

Pemenang Cover Maroon 5 Penggembala Kambing

Tak Sreg dengan Taufik, Ini Cawagub Pilihan Ahok

Berita terkait

Ombudsman Tindaklanjuti Laporan Jatam Terhadap OIKN soal Surat Teguran ke Warga Sepaku

13 hari lalu

Ombudsman Tindaklanjuti Laporan Jatam Terhadap OIKN soal Surat Teguran ke Warga Sepaku

Penjelasan Ombudsman Kalimatan Timur soal pelaporan Jatam perihal surat OIKN kepada masyarakat Sepaku.

Baca Selengkapnya

JATAM Laporkan Otorita IKN Ke Ombudsman soal Surat Teguran ke Warga Sepaku

15 hari lalu

JATAM Laporkan Otorita IKN Ke Ombudsman soal Surat Teguran ke Warga Sepaku

Jaringan Advokasi Tambang atau JATAM Kalimantan Timur melaporkan Otorita Ibu Kota Nusantara (OIKN) ke Ombudsman

Baca Selengkapnya

Polemik Penggusuran Rumah Warga Demi IKN, Ini Penjelasan Otorita Usai Bertemu dengan Komnas HAM

22 hari lalu

Polemik Penggusuran Rumah Warga Demi IKN, Ini Penjelasan Otorita Usai Bertemu dengan Komnas HAM

Otorita IKN telah bertemu dengan Komnas HAM membahas soal polemik penggusuran rumah warga Sepaku

Baca Selengkapnya

Polemik Penggusuran Demi IKN, Otorita Bertemu Komnas HAM

24 hari lalu

Polemik Penggusuran Demi IKN, Otorita Bertemu Komnas HAM

OIKN mengadakan pertemuan dengan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (HAM) terkait penataan kawasan di wilayah Sepaku dekat IKN

Baca Selengkapnya

Ramai Kabar Penggusuran, Otorita IKN Datangi Warga Desa Bukit Raya Sepaku

33 hari lalu

Ramai Kabar Penggusuran, Otorita IKN Datangi Warga Desa Bukit Raya Sepaku

Otorita IKN mendatangi warga Desa Bukit Raya, Kecamatan Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur. Otorita IKN menyebut kedatangannya sebagai ajang silaturahmi antara pemerintah dan warga di bulan Ramadan.

Baca Selengkapnya

Terkini: Jokowi akan Resmikan Bandara Mutiara Sis Al-Jufri Pasca Kena Gempa 2018, Polemik Pembangunan IKN Terakhir Dugaan Penggusuran Masyarakat Adat

35 hari lalu

Terkini: Jokowi akan Resmikan Bandara Mutiara Sis Al-Jufri Pasca Kena Gempa 2018, Polemik Pembangunan IKN Terakhir Dugaan Penggusuran Masyarakat Adat

Dalam waktu dekat Presiden Jokowi bakal meresmikan Bandara Mutiara Sis Al-Jufri, Palu, setelah direkonstrasi usai terdampak Gempa Palu pada 2018.

Baca Selengkapnya

Disebut Kirim Surat Peringatan Agar Warga di IKN Berhenti Garap Lahan, Ini Penjelasan Badan Bank Tanah

37 hari lalu

Disebut Kirim Surat Peringatan Agar Warga di IKN Berhenti Garap Lahan, Ini Penjelasan Badan Bank Tanah

Syafran membantah Badan Bank Tanah berupaya menggusur warga Penajam Paser Utara demi kepentingan Ibu Kota Nusantara (IKN).

Baca Selengkapnya

Terkini Bisnis: Penjelasan NGO dan OIKN Atas Sengkarut 'Penggusuran' Warga, Bos Lion Group Angkat Bicara

37 hari lalu

Terkini Bisnis: Penjelasan NGO dan OIKN Atas Sengkarut 'Penggusuran' Warga, Bos Lion Group Angkat Bicara

Berita terkini ekonomi bisnis hingga Kamis sore ini antara lain 'penggusuran' warga RT 05 Pemaluan, Sepaku, Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur.

Baca Selengkapnya

Nasib Warga di IKN, Kena Praktik ala Kolonial hingga Terancam Digusur

37 hari lalu

Nasib Warga di IKN, Kena Praktik ala Kolonial hingga Terancam Digusur

KPA menyoroti surat Badan Bank Tanah kepada warga yang bermukim di Ibu Kota Nusantara atau IKN

Baca Selengkapnya

Sengkarut 'Penggusuran' Warga di IKN, Ini Kata NGO dan OIKN

37 hari lalu

Sengkarut 'Penggusuran' Warga di IKN, Ini Kata NGO dan OIKN

Surat yang minta Warga Pemaluan di kawasan IKN membongkar rumah mereka menjadi sorotan. OIKN berjanji bedah rumah warga yang tak sesuai master plan.

Baca Selengkapnya