TEMPO.CO, Jakarta - Geraldine Fitriyani, seorang penumpang bus Damri, tak keberatan dengan rencana Perum Damri menaikkan tarif bus sekitar Rp 5.000. Menurut dia, kenaikan ini wajar lantaran harga bahan bakar minyak bersubsidi sudah naik sejak pekan lalu. "Tak masalah," ujarnya saat ditemui di Blok M, Senin, 24 November 2014.
Geraldine yang hendak menuju Bandara Soekarno-Hatta ini malah khawatir perusahaan tersebut akan kesulitan beroperasi jika tetap mematok harga Rp 35 ribu seperti sekarang ini. Terlebih, Damri telah memberikan fasilitas yang nyaman bagi para penumpangnya. "Jangan-jangan kalau tak naik nanti malah sulit," ujarnya.
Damri berencana menaikkan tarif angkutan bus yang berangkat dari atau menuju Bandara Internasional Soekarno-Hatta di Tangerang, Banten, dalam 1-2 hari ke depan. Kenaikan tarif ini akibat naiknya harga BBM bersubsidi pada 18 November lalu. Damri berencana menaikkan harga tiket Rp 5.000 untuk setiap rute dalam kota atau naik sekitar 14 persen.
Seorang kondektur bus Damri, Ahmad Yani, menyambut baik rencana kenaikan tersebut. Dia berharap kenaikan ini turut menaikkan upah yang diterimanya. Soalnya, menurut dia, upah yang diterimanya saat ini terlalu kecil, apalagi dengan naiknya harga BBM yang membuat harga barang-barang naik. "Yang kami terima masih di bawah upah minimum provinsi," katanya.
Meski demikian, kata dia, belum ada informasi soal kenaikan itu dari Damri. Dia menduga baru pada awal Desember perusahaan akan menaikkan tarif. "Sekarang kami masih menunggu. Kalau ada instruksi, baru naik," ujarnya.