Kisah Pilu Reki, Bocah Tak Putus Dirundung Sakit
Editor
Rini Kustiani
Senin, 26 Januari 2015 04:59 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Seorang bocah lelaki, Reki, 8 tahun, sudah setahun terkulai lemah di atas kasur. Tubuhnya tak lagi kuat bermain dan berlari di bersama teman sebayanya.
Reki selama ini dikenal sebagai anak yang sehat dan gesit. Namun kini tubuh Reki tampak hanya kulit yang berbalut tulang. Wajahnya kecilnya terlihat lebih tua, kulit tangan dan kakinya berwarna cokelat tua dan kering.
Nenek Reki, Taminah, 52 tahun, mengatakan kisah pilu ini bermula saat Reki terjatuh dari mobil bak terbuka. Sejak itu, Reki mengeluh sakit di sekujur tubuhnya. "Awalnya dia bilang sakit di perut, badannya panas, diurut, diobatin, tapi masih sakit terus, enggak sembuh-sembuh," ujar Taminah kepada Tempo di rumah kontrakannya di Kelapa Dua, Cilincing, Jakarta Utara, Jumat 23 Januari 2015.
Penyebab sakit Reki belum diketahui pasti. Berbagai upaya sudah dilakukan Taminah, tapi hasilnya nihil. Reki sempat dirawat selama empat hari di Rumah Sakit Koja, Jakarta Utara. Tapi tanpa diperiksa lebih lanjut, ia malah diminta pulang. "Saya pernah minta buat diperiksa lagi, dirontgen tapi malah disuruh rontgen saja sendiri," ujar Taminah.
Terakhir, Taminah membawa Reki berobat ke sebuah klinik di Jakarta Utara. Dari situ diketahui Reki mengalami flek pada paru-parunya. Sejak itulah Reki rutin berobat.
Tapi lama-kelamaan Taminah menyerah karena tak sanggup membiayai ongkos berobat cucunya itu. Taminah lantas meminta dokter memberikan rujukan agar pengobatan dapat dilanjutkan ke Puskesmas dengan memanfaatkan Kartu Jakarta Sehat. "Pakai kartu memang bebas bayaran, cuma saya yang enggak bisa kalau anaknya dirawat terus," keluh Taminah lagi.
Alasannya, bukan cuma Reki yang dirawatnya. Taminah juga harus mengurus dua kakak Reki yang masih duduk di Kelas IV dan V SD. Lalu di mana orang tua Reki? "Mereka sudah meninggal," kata Taminah. Kini hak asuh Reki dan dua kakaknya diambil alih oleh Taminah dan suaminya.
Selain menjaga tiga cucunya, Taminah juga harus merawat suaminya Atim, 61 tahun, yang menderita stroke. Kehidupan sehari-hari saat ini untungnya mulai bisa ditunjang karena anak-anak Taminah sudah mulai bekerja. "Lumayan sudah bisa bayar rumah kontrakan sama buat makan," ujar dia.
Selanjutnya: Reki yatim piatu sejak berumur tiga tahun
<!--more-->
Reki yang ditinggal ibu dan ayahnya sejak usia tiga tahun, kini tak bisa berjalan. Kebutuhan Reki untuk buang air kecil lebih banyak dilayani dengan menggunakan botol plastik ketimbang digendong ke kamar mandi. "Kasihan kalau setiap kencing ke kamar mandi, suka ngeluh badannya sakit digotong-gotong," kata Taminah.
Dalam banyak diamnya, sesekali suaranya terdengar pelan, mengerang mengeluhkan sakit atau sekadar merengek ingin diambilkan sesuatu. Sang nenek dengan sabar berupaya memahami maksud ucapan Reki yang kadang tak bisa dimengerti.
Kondisi bocah seperti Reki dan kehidupan keluarga Taminah bukanlah satu-satunya masalah sosial yang ada di Jakarta Utara. Mendapat informasi ini, Kepala Suku Dinas Sosial Jakarta Utara, Ucu segera meminta tim berkunjung ke rumah Taminah. Tentu hal seperti ini menjadi perhatian serius bagi kami di Dinas Sosial," kata Ucu Rahayu saat ditemui Tempo di kantornya.
Ucu mengatakan Dinas Sosial memiliki sejumlah program untuk masyarakat yang berada dalam kondisi sulit. "Untuk kasus Reki, dilihat dari aspek sosial keluarganya juga, ini pasti jadi perhatian serius untuk ditangani," kata Ucu. Ia mengatakan dalam waktu dekat timnya akan segera memantau ke rumah Taminah, melihat kondisi keluarga mereka dan segera membantu memeriksa kodisi kesehatan Reki.
AISHA SHAIDRA
Topik terhangat:
Budi Gunawan | Bambang Widjojanto | Tabrakan Pondok Indah | AirAsia
Berita terpopuler lainnya:
Setelah Bambang KPK, Giliran Adnan Pandu Diincar
Sopir Tabrakan Maut Pondok Indah Diomeli Majikan
Orang Goblok pun Tahu, Ini Serangan Balik Polisi