Kisah Begal ABG: Dirayu Teman Beli Celurit, Lalu..
Editor
MC Nieke Indrietta Baiduri
Senin, 30 Maret 2015 06:48 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Bejo--bukan nama sebenarnya, 16 tahun, tak pernah terpikir suatu hari akan mengalungkan celurit di leher seseorang. Ia tak pernah membayangkan akan menjadi begal. Semuanya bermula dari bujukan teman-teman yang satu lingkungan rumah dengannya. Terus-menerus dirayu, dia ikutan juga.
"Saya korban ajakan teman," kata Bejo saat ditemui Tempo di ruang tahanan Kepolisian Resor Jakarta Timur, Jumat, 27 Maret 2015.
Bejo, sehari-harinya bekerja sebagai kuli barang di percetakan. Ia mengaku tergiur kala mendengar cerita hasil pembegalan temannya. Bejo berujar, uangnya bisa digunakan untuk jajan, nongkrong, dan bermain di warnet.
Bejo mengaku harus menghidupi dirinya sendiri karena orang tuanya masih punya banyak tanggungan adik-adiknya. Bejo adalah anak keempat dari delapan bersaudara. Sempat bersekolah hingga kelas satu SMA, Bejo lalu keluar. Dia lebih suka bekerja dan nongkrong.
Sebenarnya, pada awalnya, Bejo sempat ragu untuk melancarkan pembegalan. Tapi, lagi-lagi Bejo dirayu oleh dua temannya, Andi dan Amir (juga bukan nama sebenarnya) yang mendekam dalam satu ruang tahanan dengannya yang sama dengannya. Tak tahan rayuan, Bejo memberanikan diri membeli celurit di sebuah kios.
Mereka melakukan pembegalan di Jalan Raya Bekasi Timur, tepatnya di depan LP Cipinang, Jakarta Timur, Januari Lalu. Hasil rampasan berupa satu unit motor Yamaha Mio, uang tunai Rp 7 juta, dan batu permata senilai Rp 22 juta. Bejo ditangkap dengan dua orang temannya, Andi dan Amir, setelah buron selama dua bulan.
Bejo juga menjadi sasaran tembak polisi karena berusaha kabur. Polisi telah menembakkan tiga kali tembakan peringatan. Dua tembakan terkena di bagian paha kiri dan kanan Bejo. Dia dan kawan-kawannya digelandang ke Polres Jakarta Timur.
Sebelum membegal korban di Jalan Bekasi Timur, Bejo pernah masuk penjara karena menjambret ponsel. Dia mengaku mengulangi perbuatannya karena ingin tambahan uang jajan dan bermain di warnet.
Bejo mengaku kapok dengan perbuatannya. Tapi nasi sudah menjadi bubur. Setelah keluar dari penjara nantinya Bejo ingin bekerja dengan halal. Tapi, sayang, Bejo tak berpikir untuk meneruskan sekolah.
"Padahal, saya maunya dia ikut kursus atau sekolah kejuruan agar lingkungannya lebih bagus," kata ibu Bejo yang sedang menjenguknya, mengeluh.
YOLANDA RYAN ARMINDYA