Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini saat berkunjung ke kantor redaksi Tempo di Palmerah Jakarta Selatan. TEMPO/Ngarto Februana
TEMPO.CO, Jakarta - Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini bercerita mengapa pihaknya harus menutup lokalisasi Gang Dolly di Surabaya pada Juni 2014. "Bukan karena agama," ujar Risma, akhir April lalu saat berkunjung ke kantor redaksi Tempo, Jakarta.
Dalam tayangan video di atas, Risma menuturkan pengalamannya ketika menutup lokalisasi yang diperkirakan terbesar di Asia Tenggara itu. Salah satu temuannya adalah anak perempuan berusia 8 tahun, anak seorang PSK di Gang Dolly, yang terkena kecanduan berhubungan intim karena sering melihat ibunya melayani laki-laki. Risma menemukan bocah itu di pasar sedang menangis mencari ibunya. Anehnya, tutur Risma yang didampingi stafnya, "Setiap melihat laki-laki, dia kepingin. Lihat laki-laki di televisi, dia bisa begitu...." Bahkan, menurut Risma, penjaga malam yang sudah tua pun digoda sampai lari terbiri-birit.
Risma ingin menceritakan bahwa itu salah satu dampak adanya lokalisasi, selain menyebabkan adanya bentuk-bentuk kejahatan: penyalahgunaan narkoba, perdagangan manusia, dan lain-lain.
Mensos Risma dan Dubes Mohamad Oemar Berlebaran di KBRI Paris
14 hari lalu
Mensos Risma dan Dubes Mohamad Oemar Berlebaran di KBRI Paris
Lebaran di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Paris tahun ini dihadiri sedikitnya 150 orang Diaspora dan Warga Bangsa yang kuliah maupun bekerja dan tinggal di sekitaran Perancis.