Germo Robby Bicara: Pemakai Artis Itu Pengusaha dan Pejabat

Reporter

Selasa, 12 Mei 2015 06:10 WIB

Petugas kepolisian mengamankan RA sebagai mucikari terkait dengan kegiatan prostitusi di Polres Jakarta Selatan, 9 Mei 2015. RA ditangkap di sebuah hotel bintang lima bersama seorang perempuan yang berprofesi sebagai artis dengan pasaran sebesar Rp80 juta. Tempo/Aditia Noviansyah

TEMPO.CO , Jakarta: Robby Abbas kini harus mendekam di ruang tahanan Polres Jakarta Selatan karena disangka sebagai germo bagi sejumlah artis dan model papan atas Indonesia. Aksinya sebagai induk semang bagi perempuan pelacur itu membuatnya terancam hukuman penjara selama satu tahun. Polisi menjeratnya dengan Pasal 296 KUHP.

Dia mengaku sudah menjalani pekerjaan sebagai germo pelacur top sejak 2012. Sebelumnya dia bekerja sebagai penata rias bagi artis atau model sejak 1999 silam. Kepada sejumlah media termasuk Tempo, dia menjawab pertanyaan terkait sepak terjangnya di dunia esek-esek papan atas.

Sambil tertunduk, laki-laki berusia 32 tahun ini menjelaskan pekerjaannya dengan menggunakan baju tahanan berwarna jingga dan dikawal polisi. Suaranya juga terdengar lemah lembut dan membawa kesan feminim ketika menjawab pertanyaan seputar pelacuran tersebut. Awalnya, dia cukup 'irit' berbicara soal pekerjaannya sebagai germo.

Namun lama-kelamaan dia menceritakan pekerjaannya secara gamblang. Bahkan, dia juga tidak membantah jika inisial nama artis yang beredar di media sosial adalah anak buahnya. Berikut petikan wawancara dengan Robbie.

Sejak kapan menjajakan artis atau model?

Baru tahun 2012, sebelumnya saya jadi make-up artist saja. Jadi penata rias sejak 2009.

Mengapa berhenti jadi penata rias?

Uangnya lebih besar daripada jadi make-up artist. Kalau mendandani artis sekali kerja dibayar Rp 1 juta sampai Rp 5 juta. Kalau sekarang bisa sampai Rp 20 juta. Pokoknya jatah komisi saya 20 persen.

Siapa artis yang ditawarkan?

Dari berbagai kalangan. Pokoknya kalau artis yang baru-baru, paling mahal rate-nya sampai Rp 100 juta. Paling murah Rp 80 juta. Kalau artis-artis yang terkenal bisa sampai Rp 200 juta, dan dia memang pasti banyak yang suka. Mereka umurnya dari 23 sampai 30 tahun.

Pelanggannya ada dari kalangan mana?

Tidak tahu kalau pekerjaannya apa saja. Saya cuma tahu mereka pengusaha dan pejabat saja. Pertama saya komunikasi lewat BBM (Blackberry Messenger) atau WA (WhatsApp). Setelah itu baru bertemu langsung.

Cara menawarkannya seperti apa?

Saya tidak menawarkan anak buah saya. Klien saya yang memilih dengan cara ngobrol-ngobrol dulu. Klien biasanya minta bertemu dulu untuk deal soal harga. Yang memilih (perempuannya) juga klien saya, kalau tidak ada, ya tidak transaksi. Kalau ada, saya kontak orangnya. Saya tanya bisa atau tidak, kalau bisa ya langsung lanjut transaksi dan dia langsung bisa eksekusi. Prosesnya satu hari, paling lama dua hari.

Harga yang disepakati standarnya apa?

Tidak ada standar. Saya juga tidak menetapkan harga. Yang sepakat harganya itu klien saya dengan target klien. Perempuannya itu menentukan tarif yang diinginkan. Saya cuma menyampaikan saja. Kalau deal, klien harus bayar 30 persen untuk uang muka. Lalu klien saya dan artisnya itu naik sendiri ke kamar.

Artisnya siapa saja?

Pokoknya banyak, ada sekitar 200. Itu dari berbagai kalangan (artis film, sinetron, dan model). Pokoknya range tarif mencapai Rp 80 juta sampai Rp 200 juta. Termasuk AA yang kemarin ditangkap, itu tarifnya Rp 80 juta untuk short-time. Kalau artis-artis baru paling mahal Rp 100 juta. Kalau yang sudah terkenal bisa sampai Rp 200 juta.

Apakah yang ada daftar inisial yang beredar di media sosial?

Saya juga sudah dengar itu. Itu bukan dari saya. Tapi kisarannya begitu.

Ada nama komunitas artis-artinya itu ?

Tidak ada nama khusus. Kalau saya bilangnya itu arisan, tapi bukan arisan yang dikocok terus keluar nama. Cuma istilah saja. Biar lebih etis saja kesannya kepada mereka. Soalnya saya panggil mereka 'adik' dan mereka panggil saya 'kakak. Setiap mau ada klien juga pasti saya tanya, 'Dik, kamu bisa atau tidak?' Kalau bisa baru lanjut.

Bagaimana cara rekrut artisnya ?

Tidak ada rekrutmen artis begitu. Mereka tahu cuma dari mulut ke mulut saja. Mereka dengar 'Oh itu si O (Obbie, panggilan Robby) anak-anaknya banyak' atau 'Si O kliennya banyak.' Nanti mereka yang datang kepada saya, lalu saya bantu mereka. Makanya saya dapat komisi 20 persen.

Berati Anda banyak uang ya ?

Tidak juga. Sekali dapat memang lumayan, bisa Rp 20 juta. Tapi pernah juga beberapa kali sebulan itu tidak ada pelanggan sama sekali. Kalau dapat uang juga untuk kehidupan sehari-hari saja, buat makan, beli baju, atau beli yang lain-lain. Tapi memang bukan barang yang branded. Kadang kalau ada lebih juga buat clubbing.

DIMAS SIREGAR

Berita terkait

Cara Kerja Teknologi Pengintai Asal Israel yang Masuk Indonesia: Palsukan Situs Berita

8 jam lalu

Cara Kerja Teknologi Pengintai Asal Israel yang Masuk Indonesia: Palsukan Situs Berita

Sejumlah perusahaan asal Israel diduga menjual teknologi pengintaian atau spyware ke Indonesia. Terungkap dalam investigasi gabungan Tempo dkk

Baca Selengkapnya

Syarat Penerimaan Polri Lengkap 2024 dan Cara Daftarnya

23 jam lalu

Syarat Penerimaan Polri Lengkap 2024 dan Cara Daftarnya

Berikut ini syarat penerimaan SIPSS, Taruna Akpol, Bintara, dan Tamtama Polri 2024 serta tata cara pendaftarannya yang perlu diketahui.

Baca Selengkapnya

Amnesty Desak DPR dan Pemerintah Buat Aturan Ketat Impor Spyware

1 hari lalu

Amnesty Desak DPR dan Pemerintah Buat Aturan Ketat Impor Spyware

Amnesty mendesak DPR dan pemerintah membuat peraturan ketat terhadap spyware yang sangat invasif dan dipakai untuk melanggar HAM

Baca Selengkapnya

Investigasi Tempo dan Amnesty International: Produk Spyware Israel Dijual ke Indonesia

1 hari lalu

Investigasi Tempo dan Amnesty International: Produk Spyware Israel Dijual ke Indonesia

Investigasi Amnesty International dan Tempo menemukan produk spyware dan pengawasan Israel yang sangat invasif diimpor dan disebarkan di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Soal Kematian Brigadir RAT, Kompolnas Ungkap Sejumlah Kejanggalan

1 hari lalu

Soal Kematian Brigadir RAT, Kompolnas Ungkap Sejumlah Kejanggalan

Kompolnas menilai masih ada sejumlah kejanggalan dalam kasus kematian Brigadir RAT.

Baca Selengkapnya

Kata Komnas HAM Papua soal Permintaan TPNPB-OPM Warga Sipil Tinggalkan Kampung Pogapa: Wajar Demi Keselamatan

2 hari lalu

Kata Komnas HAM Papua soal Permintaan TPNPB-OPM Warga Sipil Tinggalkan Kampung Pogapa: Wajar Demi Keselamatan

Komnas HAM Papua menyatakan permintaan TPNPB-OPM bukan sesuatu yang berlebihan.

Baca Selengkapnya

Korlantas Polri Tegaskan Pelat Dinas Berkode ZZ Harus Patuhi Aturan Ganjil Genap

2 hari lalu

Korlantas Polri Tegaskan Pelat Dinas Berkode ZZ Harus Patuhi Aturan Ganjil Genap

Korlantas Polri memastikan pelat nomor khusus kendaraan dinas berkode 'ZZ' harus tetap mematuhi aturan ganjil genap.

Baca Selengkapnya

Korlantas Ungkap Banyak Lembaga Negara Buat Pelat Dinas Tapi Tak Tercatat di Database Polri

2 hari lalu

Korlantas Ungkap Banyak Lembaga Negara Buat Pelat Dinas Tapi Tak Tercatat di Database Polri

Korlantas Polri mengungkap, terdapat banyak lembaga negara yang membuat pelat kendaraan dinas dan STNK khusus sendiri.

Baca Selengkapnya

Komnas HAM Inisiasi Penilaian untuk Kementerian dan Lembaga, Ini Kategori Hak yang Dinilai

2 hari lalu

Komnas HAM Inisiasi Penilaian untuk Kementerian dan Lembaga, Ini Kategori Hak yang Dinilai

Komnas HAM menggunakan 127 indikator untuk mengukur pemenuhan kewajiban negara dalam pelaksanaan HAM.

Baca Selengkapnya

TNI-Polri Bahas Penyalahgunaan Plat Kendaraan hingga Konflik Antaranggota

2 hari lalu

TNI-Polri Bahas Penyalahgunaan Plat Kendaraan hingga Konflik Antaranggota

Yusri juga berharap, TNI dan Polri memiliki frekuensi yang sama dalam mengatasi berbagai permasalahan itu.

Baca Selengkapnya