Heboh Prostitusi, AJI Menilai Media Terjebak Jurnalisme Kuning  

Reporter

Sabtu, 16 Mei 2015 07:35 WIB

TEMPO/ Arie Basuki

TEMPO.CO, Jakarta - Kematian Deudeuh Alfisahrin alias Tata Chubby, pekerja prostitusi, membuat gempar masyarakat. Sebab dari peristiwa itu terungkap fakta bahwa prostitusi telah merambah dunia maya. Peristiwa itu berturut-turut diikuti dengan penggerebekan remaja di bawah umur yang diduga sebagai pekerja prostitusi di Apartemen Kalibata City. Puncaknya ialah terbongkarnya jaringan prostitusi yang digawangi Robby Abbas, 32 tahun, yang melibatkan artis dan model bertarif selangit.

Media massa tak dimungkiri ikut berkontribusi menjadikan topik prostitusi online berkembang kian masif. Aliansi Jurnalis Independen menilai derasnya pemberitaan prostitusi dipicu kompetisi media di era industrialisasi.

“Seolah-olah bila satu media memberitakan, lainnya juga harus ikut agar tak kehilangan ceruk bisnis,” kata Ketua AJI Suwardjono kepada Tempo, Jumat, 15 Mei 2015.

Tak hanya menyangkut kompetisi dalam hal pemberitaan, menurut dia, perkembangan berita prostitusi belakangan ini sudah melenceng dari koridor dan etika jurnalisme. Suwardjono mencontohkan pemberitaan selebaran gelap yang berisi inisial artis dan model yang diduga terlibat prostitusi kelas wahid.

Dalam fenomena itu, dia menambahkan, media terjebak dengan memproduksi berita yang berbasis pada rumor. “Sumbernya tak jelas dan bisa mengarah pada jurnalisme kuning,” ujarnya.

Dia menambahkan, sebetulnya sah-sah saja media memberitakan prostitusi. Tapi berita sebagai produk kerja jurnalistik tak boleh keluar dari koridor fakta. “Fokus saja pada substansi kriminalnya, jangan mengeksploitasi hal yang masuk dalam ranah privasi, seperti profil keluarga pelacur,” tutur Suwardjono.

Belajar lewat kehebohan berita prostitusi online, Suwardjono menyarankan media mulai menegaskan batas-batas informasi, apakah menyangkut kepentingan publik atau sekadar ranah privasi. Jika kasus prostitusi itu meresahkan masyarakat, media wajib mengungkap dalam bingkai modus pelaku.

Sebaliknya, bila fenomena ini menjurus pada domain personal, misalnya identitas pekerja prostitusi dan profil keluarga mereka, media tak perlu menjamah ranah tersebut. “Pekerja media juga harus punya empati.”



RAYMUNDUS RIKANG


Berita terkait

3 Anggota TNI AL di Halmahera Selatan Lakukan Penganiayaan Jurnalis, Begini Kecaman dari Dewan Pers, AJI, dan KontraS

25 hari lalu

3 Anggota TNI AL di Halmahera Selatan Lakukan Penganiayaan Jurnalis, Begini Kecaman dari Dewan Pers, AJI, dan KontraS

Penganiayaan jurnalis oleh 3 anggota TNI AL terjadi di Halmahera Selatan. Ini respons Dewan Pers, AJI, dan KontraS. Apa yang ditulis Sukadi?

Baca Selengkapnya

AJI Ternate Kecam Penganiayaan terhadap Jurnalis di Bacan

30 hari lalu

AJI Ternate Kecam Penganiayaan terhadap Jurnalis di Bacan

Kekerasan yang dilakukan anggota TNI Angkatan Laut itu merupakan bentuk penghalangan terhadap kerja jurnalistik yang tidak sepatutnya terjadi.

Baca Selengkapnya

Indeks Keselamatan Jurnalis 2023: Ormas dan Polisi Paling Berpotensi Lakukan Kekerasan

31 hari lalu

Indeks Keselamatan Jurnalis 2023: Ormas dan Polisi Paling Berpotensi Lakukan Kekerasan

Ormas dan kepolisian dianggap paling berpotensi melakukan kekerasan terhadap jurnalis.

Baca Selengkapnya

Prostitusi Online di Karawaci Beroperasi di Bulan Ramadan, Remaja Ditawarkan dengan Tarif Rp 500 Ribu

40 hari lalu

Prostitusi Online di Karawaci Beroperasi di Bulan Ramadan, Remaja Ditawarkan dengan Tarif Rp 500 Ribu

Prostitusi online ini dikelola pasangan suami istri dari sebuah rumah dua lantai di Karawaci Tangerang.

Baca Selengkapnya

Pasutri Buka Prostitusi Online di Karawaci Tangerang, Eksploitasi Dua Remaja di Bawah Umur

40 hari lalu

Pasutri Buka Prostitusi Online di Karawaci Tangerang, Eksploitasi Dua Remaja di Bawah Umur

Polsek Karawaci membongkar praktik prostitusi online yang dikelola oleh pasangan suami istri. Mereka menjajakan dua remaja di bawah umur.

Baca Selengkapnya

Respons AJI dan LBH Pers terhadap Perpres Publisher Rights yang Diteken Jokowi

22 Februari 2024

Respons AJI dan LBH Pers terhadap Perpres Publisher Rights yang Diteken Jokowi

AJI dan LBH Pers meminta Perpres Publisher Rights yang telah disahkan Presiden Jokowi dijalankan secara akuntabel.

Baca Selengkapnya

AJI dan Monash University Imbau Pentingnya Penghapusan Ujaran Kebencian di Masa Pemilu 2024

14 Februari 2024

AJI dan Monash University Imbau Pentingnya Penghapusan Ujaran Kebencian di Masa Pemilu 2024

Ujaran kebencian berpotensi memicu perselisihan sosial. Ujaran kebencian juga dapat berujung pada stigma, persekusi, dan kekerasan.

Baca Selengkapnya

Respons Ketua BEM UGM Soal 3 Pakar Hukum dan Sutradara Dirty Vote Dilaporkan ke Polisi

13 Februari 2024

Respons Ketua BEM UGM Soal 3 Pakar Hukum dan Sutradara Dirty Vote Dilaporkan ke Polisi

Ketua BEM UGM tanggapi pelaporan ke polisi terhadap sutradara dan 3 pakar hukum pemeran di film Dirty Vote. Ia khawatir terhadap kebebasan berpendapat

Baca Selengkapnya

Kasus Ujaran Kebencian Meningkat Terhadap Kelompok Minoritas Sepanjang Pemilu 2024

13 Februari 2024

Kasus Ujaran Kebencian Meningkat Terhadap Kelompok Minoritas Sepanjang Pemilu 2024

Ujaran kebencian terbanyak ditujukan terhadap kelompok Yahudi, disusul kelompok penyandang disabilitas.

Baca Selengkapnya

AJI dan Mahasiswa Kediri Gelar Mimbar Bebas Darurat Demokrasi

11 Februari 2024

AJI dan Mahasiswa Kediri Gelar Mimbar Bebas Darurat Demokrasi

Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kediri bersama organisasi mahasiswa menggelar mimbar bebas bertajuk 'Darurat Demokrasi' di Kediri, Minggu, 11 Februari 2024.

Baca Selengkapnya