TEMPO Interaktif, Jakarta:Para sopir taksi keberatan dengan kenaikan tarif taksi yang baru saja disetujui Gubernur DKI Sutiyoso rata-rata sebesar 38 persen. Agus, 39 tahun, warga Bintaro, sopir taksi Silver Blue Bird mengaku keberatan dengan kenaikan tarif taksi yang rencananya akan diterapkan Selasa (11/10). "Belum naik aja nyari konsumen susah," kata ayah dari Dicky AFI di Jakarta, Senin (10/10).Sebagai perbandingan, menurut Agus, sebelum terjadi kenaikan BBM setiap harinya dia bisa membawa pulang uang ke rumah sebesar Rp 50 ribu dengan jumlah penumpang sekitar delapan sampai sepuluh orang atau setara dengan uang Rp 200 ribu sampai 300 ribu. "Bagian kita 15 persen dari pendapatan," katanya. Namun, pasca kenaikan BBM ditambah lagi dengan bulan Ramadhan dan peristiwa Bom Bali II ini pendapatan Agus menurun drastis. "Konsumen saya kan eksekutif dan sebagian besar bule," katanya.Hal senada juga diungkapkan Anto, 35 tahun, supir Express Taxi. Warga Kebayoran ini tidak setuju kenaikan tarif karena bisa dipastikan perusahaan akan menaikkan jumlah setoran. Padahal jumlah penumpang saat ini menunjukkan penurunan yang drastis. Jalan satu-satunya bagi Anto setelah kenaikan BBM adalah dengan berutang kepada perusahaan untuk membawa uang ke anak dan istrinya di rumah. "Saya stress nih, kalau naik segitu tambah stress deh. Mana mau penumpang naik taksi," katanya. evy flamboyan minanda