Polisi Kesulitan Identifikasi Peneror Rumah Penyidik KPK
Editor
Febriyan
Selasa, 7 Juli 2015 06:57 WIB
TEMPO.CO, Bekasi - Kepala Kepolisian Resor Kota Bekasi, Komisaris Besar Daniel Bolly Tifaona mengatakan pihaknya kesulitan mengidentifikasi pelaku teror di kediaman penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi, Afief Yulian Miftach. Afief tak mau membuka soal kemungkinan teror ini berkaitan dengan kasus yang sedang ditanganinya di komisi anti rasuah. "Dia masih tertutup," kata Daniel, Senin, 6 Juli 2015.
Sebelumnya, kediaman Afief Yulian Miftach mendapatkan ancaman teror. Sebuah kotak yang menyerupai bom dan terdapat lilitan kabel diletakan seorang tak dikenal di depan rumahnya, Perumahan Mediterania, Kelurahan Jakamulya, Kecamatan Bekasi Selatan, Kota Bekasi. Afief adalah satu dari 11 penyidik polisi yang bertugas di KPK lalu mengundurkan diri dari institusi Kepolisian RI.
Dalam menyelidiki kasus teror, Daniel berujar, Afief belum terbuka ihwal kasus yang sedang ditangani di KPK. Padahal menurut dia, keterangan itu dibutuhkan untuk mengetahui, apakah ada kaitannya antara teror dengan kasus yang sedang ditanganinya. "Misalnya kasus apa, jadi kami bisa mengukur."
Sejauh ini, Daniel mengatakan, Kepolisian masih mengandalkan rekaman kamera pengawas di rumah korban. Sayangnya, meski kamera itu merekam dua pelaku teror, tapi gambarnya tak begitu jelas. "Gambarnya ngeblur," kata dia. Setelah dicermati, pelaku memiliki tinggi badan 171 dan 168 sentimeter, pakai baju hitam, berjanggut, kulit sawo matang.
Kedua pelaku, kata dia, datang ke rumah korban sekitar pukul 21.20, lalu meletakkan benda yang dibentuk menyerupai bom. Tak lebih dari dua menit, pelaku lalu meninggalkan lokasi dengan berjalan kaki. Polisi hingga saat ini belum mengetahui identitas pelaku. Pihaknya akan mencetak gambar dari rekaman itu untuk disebarkan ke masyarakat sekitar.
Daniel menambahkan, selain tiga kali teror itu, korban belum pernah mendapatkan teror lain, misalnya pembunuhan melalui pesan singkat, telepon dan lainnya. Tapi, ujar dia, teror yang sudah dilakukan oleh pelaku seolah membawa pesan. "Ini teror diniatin," kata dia.
ADI WARSONO