Sejumlah warga binaan mengikuti peringatan hari AIDS sedunia di Lapas Narkotika Klas IIA, Jakarta, 1 Desember 2014. Tempo/Dian Triyuli Handoko
TEMPO.CO, Jakarta - Sudah jatuh tertimpa tangga. Peribahasa ini sungguh tepat untuk Nadia--bukan nama sebenarnya. Perempuan 40 tahun ini tak pernah mengira pernikahannya yang sudah berlangsung sepuluh tahun kandas karena suaminya berselingkuh. Suaminya pun menularkan human immunodeficiency virus (HIV).
Amarahnya meluap, air matanya jatuh, dan suaranya bergetar ketika menceritakan kisah hidupnya kepada Tempo kemarin. "Saya merasa ada sepuluh tahun dalam hidup saya yang sia-sia," katanya seperti dimuat Koran Tempo edisi 1 Desember 2015. Hari ini adalah peringatan Hari AIDS Sedunia.
Nadia menikah dengan suaminya pada 2004, setelah setahun berpacaran. Ia tak pernah tahu suaminya pernah menggunakan narkotik dengan jarum suntik yang tidak steril saat kuliah pada 1998. Tak ada hal yang mencurigakan dari suaminya.
Pada awal 2006, Andi--sebut saja begitu--sering sakit-sakitan, seperti diare dan tifus, yang kambuh dan sembuh dalam waktu lama. Bila sakit, bisa lebih dari seminggu dirawat inap di rumah sakit. Dokter kemudian menyarankan Andi melakukan voluntary counseling test (VCT). Hasilnya, ia positif HIV.
Dokter kemudian meminta Nadia melakukan tes yang sama. "Waktu tahu saya positif, tak ada rasa marah dan tak menangis, entah kenapa," tuturnya. Menurut dia, kala itu suaminya sudah memasuki tahap acquired immunodeficiency syndrome (AIDS). Tubuh Andi seperti tulang terbalut kulit.
Kesetiaan Nadia bertepuk sebelah tangan. Sekian tahun dia merawat suaminya menjalani pengobatan rutin hingga tubuh sang suami kembali gemuk, pada 2014 ia menangkap basah suaminya berselingkuh. Kala itulah amarah dan penyesalan menyesak di dadanya. Nadia kemudian mengajukan gugatan cerai.
Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS Provinsi DKI Jakarta Rohana Manggala mengatakan ibu rumah tangga rentan terkena HIV/AIDS tanpa mengetahuinya. "Misalnya, suaminya selingkuh lalu tertular HIV/AIDS," ujarnya. Atau bisa juga seperti dalam kasus Nadia, suaminya pernah menggunakan narkotik dengan jarum suntik secara bergantian.
Kepala Bidang Program Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Fahmi Arizal berpendapat senada. "Penderita AIDS terbanyak dari ibu rumah tangga," ucapnya.
Menurut dia, pemerintah mesti menaruh perhatian atas hal ini. Anak yang dikandung dari pasangan suami-istri itu nantinya bisa terkena HIV apabila tidak ada upaya pencegahan. Ia menilai penanganan HIV/AIDS yang dilakukan pemerintah terlalu berfokus pada kelompok tertentu, seperti pekerja prostitusi dan waria. Ibu rumah tangga terabaikan.
Aliansi Untuk Mengakhiri AIDS pada Anak di Indonesia Resmi Dibentuk!
2 Desember 2022
Aliansi Untuk Mengakhiri AIDS pada Anak di Indonesia Resmi Dibentuk!
Di Indonesia, hanya 25% dari anak-anak yang hidup dengan HIV menjalani pengobatan ARV yang menyelamatkan jiwa. UNAIDS Indonesia, Jaringan Indonesia Positif, Ikatan Perempuan Positif Indonesia, Lentera Anak Pelangi, dan Yayasan Pelita Ilmu menginisiasi aliansi baru untuk memperbaiki salah satu masalah yang paling mencolok dalam respon penanggulangan AIDS.