TEMPO Interaktif, Bogor: Kekeringan yang berlangsung sejak tiga bulan terakhir ini membuat warga di desa sekitar kaki Gunung Salak, Bogor, tepatnya Desa Pasir Eurih dan Tamansari di Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, kesulitan mencari air bersih. "Sekarang setiap hari saya harus mengambil air dari dasar sungai karena sumur kering," kata Acun Suhendar, Ketua RW 11, yang rumahnya berjarak sekitar 500 meter dari sumber air. Menurut Acun, selama ini warga mengandalkan Sungai Ciapus untuk mengambil air. Namun, sungai satu-satunya yang melintasi desa mereka kini mengering. Warga sudah melaporkan kekeringan itu ke aparat desa dan kecamatan setempat. "Tapi belum ada tanggapan," ujarnya. Beruntung di desa itu ada depot air isi ulang. Warga pun terpaksa membeli air isi ulang untuk keperluan memasak dan minum. Bahkan Muhani, pemilik depot air di desa itu, telah menurunkan harga air dari Rp 2.500 per galon menjadi Rp 2.000. "Permintaan naik terus sampai 100 persen lebih," katanya. Sebelumnya, dia menjual 80 galon air sehari, dan kini 160-180 galon sehari. Karena permintaan terus bertambah, Muhani berinisiatif memberikan air secara gratis. "Saya kontak PT Pentamas Jaya, pemasok air bersih, untuk membagikan air secara gratis di sini," ujar Muhani. Gayung bersambut, Agung, pemilik PT Pentamas, langsung mengirimkan air ke desanya. Hari ini, untuk keempat kalinya mobil tangki dari PT Pentamas datang ke desa itu. Kedatangan mobil tangki itu diumumkan melalui corong masjid. Tak berapa lama, sekitar 120 warga berdatangan dengan membawa ember, galon, panci, baskom, bahkan ketel untuk memasak air. Dalam tempo 45 menit, 8.000 liter air bersih langsung tandas. "Dengan kiriman air itu, kami punya persediaan air bersih untuk lima hari mendatang," kata Acun. DEFFAN PURNAMA