Sebuah rangkaian gerbong skytrain melintas di antara Terminal 2 dan Terminal 3 di Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, 17 September 2017. Kereta Layang ini mampu mengangkut 176 penumpang sekali jalan. ANTARA/Muhammad Iqbal
TEMPO.CO, Tangerang - Tim teknisi PT Angkasa Pura II masih menyelidiki penyebab korsleting listrik pada rel Skytrain Bandar Udara Soekarno-Hatta yang mengakibatkan power kereta listrik itu mati. Sempat terjadi ledakan dan muncul asap ketika Skytrain tiba-tiba berhenti pada Selasa, 10 Oktober 2017.
"Power rel Skytrain sempat bermasalah pada Selasa siang, 10 Oktober. Penyebabnya masih diselidiki," ujar juru bicara PT Angkasa Pura II, Yado Yarismano, kepada Tempo, Kamis, 12 Oktober 2017.
Berdasarkan informasi yang dihimpun Tempo, power rel Skytrain mengalami masalah pada Selasa siang, pukul 11.45, saat Skytrain baru tiba di shelter Terminal 2. Tiba-tiba ada bunyi seperti ledakan persis di bawah Skytrain. Penumpang masih bisa keluar dan pintu masih terbuka normal.
Setelah dicek teknisi APMS, ada bagian yang pecah, yang terpasang di sisi rel. Selama proses perbaikan, Skytrain tidak beroperasi.
Yado membantah ledakan dan asap keluar dari bawah Skytrain. "Yang mengalami masalah hanya relnya, power rel Skytrain," kata Yado. Menurut dia, saat muncul asap dan terjadi ledakan kecil, posisi gerbong Skytrain berada di shelter Terminal 2.
Menurut Yado, proses perbaikan dan evaluasi sebelum rel kembali digunakan, Skytrain tidak beroperasi sekitar dua jam. "Selanjutnya kembali beroperasi dengan normal," ucapnya.