Temuan Terbaru Sandiaga Uno: 3 Biang Ruwet Tanah Abang
Reporter
Larissa Huda
Editor
Jobpie Sugiharto
Senin, 6 November 2017 17:40 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Salahuddin Uno alias Sandiaga Uno mengungkapkan temuan barunya perihal keruwetan pengaturan Pasar Tanah Abang dan sekitarnya.
Sandiaga mengatakan temuan diperoleh setelah dia melihat kesemrawutan Pasar Tanah Abang via kamera drone. Putra pengusaha wanita Mien Uno ini setidaknya menemukan tiga penyebabnya. Yang menarik, menurut dia, bukan pegang kaki lima (PKL) liar yang menyebabkan keruwetan tadi. Sebelumnya, Sandiaga menyebut PKL liar yang bikin ruwet sehingga dia sedang memikirkan cara membereskannya.
Baca: Soal PKL Tanah Abang, Sandiaga Uno Jawab Pakai Bahasa Inggris
"Kesemrawutan terjadi karena pembangunan jalan, tumpahnya pejalan kali yang keluar dari Stasiun Tanah Abang, dan banyak angkot yang parkir liar atau ngetem," katanya di Balai Kota Jakarta, Senin, 6 November 2017.
Sandiaga menerangkan, selama ini pedagang kaki lima liar dituduh sebagai biang macetnya lalu lintas di wilayah Tanah Abang. Namun, dari hasil temuan barunya, pendapat tadi terbantahkan. Menurut dia, pedagang kaki lima liar yang jumlahnya tak sampai 300 itu kecil kontribusinya dalam kesemrawutan Pasar Tanah Abang.
Penting: Sandi Temukan Biang Macet di Tanah Abang Tak Hanya PKL, tapi...
"Kalau ditata enggak akan luar biasa dibandingkan dengan PKL di Jalan Cengkeh," ujar Sandiaga.
Dibandingkan dengan PKL di kawasan Kota Tua, Jakarta Barat, jumlahnya 450-500 pedagang. Mereka meluber di sekitar area wisata. Untuk menertibkan kawasan tersebut, Djarot Saiful Hidayat, Gubernur DKI sebelumnya, memindahkan PKL liar ke Taman Kota Intan, Jalan Cengkeh, Jakarta Barat.
Di sisi lain, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengatakan belum bisa menjalankan penataan Pasar Tanah Abang dalam waktu dekat. Berbeda dengan Sandiaga Uno yang mengatakan sudah siap mengeksekusi gagasannya walau tetap harus menunggu restu dari Anies.
Anies berpendapat, penataan Tanah Abang jangan hanya kelihatan baik secara fisik, tapi hanya bersifat kontemporer. Menurut dia, kalau hanya melaksanakan gagasan jangka pendek, kondisi akan berulang apabila pengawasan sedang lemah pada periode tertentu.