Pemandangan gerhana bulan total dilihat dari kawasan Pantai Ancol, Jakarta, 31 Januari 2018. Fenomena gerhana bulan total kali ini sangat istimewa karena menggabungkan tiga fenomena alam sekaligus. TEMPO/Subekti
TEMPO.CO, Jakarta - Seribuan masyarakat memenuhi Taman Fatahillah, Jakarta Barat, sekitar pukul 19.00 untuk melihat gerhana bulan total, yang puncaknya mulai pukul 20.29. Mereka ada yang datang berdua atau rombongan. Suara musisi jalanan bercampur dengan para penjual makanan dan minuman yang tak henti menawarkan kopi atau susu.
Di bagian depan Museum Fatahillah, terdapat sebuah layar besar yang menunjukkan posisi pergerakan cahaya di bulan. Terdapat jarak sekitar 8 meter antara layar dan pagar kecil yang membatasinya. Di belakang pembatas, masyarakat ramai-ramai duduk untuk melihat kondisi bulan secara langsung di langit.
"Ke sini khusus buat nonton gerhana ini," kata Esi Karnesi, yang datang ke Museum Fatahillah bersama cucu perempuannya.
Selain menonton lewat layar, masyarakat bisa melihat gerhana bulan lewat teropong yang disediakan pihak Kota Tua.
Dua perempuan berkerudung duduk di dekat teropong dan memberikan nomor-nomor kepada masyarakat yang mendatanginya. Mereka melayani warga yang telah mendaftarkan diri secara pribadi melalui website Kota Tua untuk melihat gerhana lewat teropong.
"Kuotanya untuk 200 orang," kata Mimin, salah satu dari dua perempuan berkerudung tersebut, yang juga menjadi panitia dalam kegiatan ini. Mimin mengatakan pendaftarannya gratis. Masyarakat dapat mengakses teropong tersebut sehabis magrib hingga pukul 21.30.
Cuaca pada malam itu tidak terlalu dingin, tidak pula berangin. Langit cukup cerah untuk melihat menit-menit gerhana bulan total malam ini. Sesekali awan lewat dan menutupinya.