Katulampa Siaga 4, Warga Tetap Waspada karena Cuaca Ekstrem
Reporter
Muhammad Sidik Permana (Kontributor)
Editor
Clara Maria Tjandra Dewi H.
Rabu, 7 Februari 2018 17:41 WIB
TEMPO.CO, Bogor – Pada Rabu siang ini, tinggi muka air di Bendung Katulampa, Bogor, hanya 60 sentimeter atau siaga 4. Namun masyarakat diminta tetap waspada karena cuaca ekstrem masih terjadi di kawasan Puncak, Bogor. Balai Pengelolaan Sumber Daya Air (BPSDA) Wilayah Sungai Ciliwung-Cisadane mengimbau masyarakat yang tinggal di sepanjang daerah aliran sungai tetap waspada terhadap luapan sungai Ciliwung dalam jumlah besar.
"Luapan air sungai dengan skala besar dimungkinkan akan tetap terjadi karena kondisi cuaca ekstrem terjadi dalam dua hari terakhir di Bogor," kata Kepala BPSDA Wilayah Sungai Ciliwung-Cisadane Azhari Dwikora saat ditemui di Bendung Katulampa, Rabu, 7 Februari 2018.
Dia mengatakan, hingga pukul 15.00, ketinggian air Bendung Katulampa di papan mercu terpantau sekitar 60 cm atau status siaga 4 banjir untuk Jakarta. "Tetapi kemungkinan ketinggian air bertambah bisa saja terjadi," ujarnya.
Baca: Katulampa Siaga 1, Warga Bekasi Ikut Resah Kena Banjir Kiriman
Adapun Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi cuaca di wilayah Bogor, terutama kawasan Puncak, akan terjadi cuaca ekstrem selama tiga hari. "Kalau dari laporan BMKG, tanda merah atau cuaca ekstrem masih menyelimuti wilayah Bogor, terutama kawasan Puncak," ucapnya.
Azhari menuturkan curah hujan yang sangat tinggi di wilayah Bogor menyebabkan luapan air Sungai Ciliwung sehingga tinggi muka air Bendung Katulampa sempat mencapai 240 cm atau siaga 1. "Karena kondisi cuaca saat ini memang berada pada titik puncak musim penghujan," tuturnya.
Kerusakan lingkungan di kawasan Puncak, yang merupakan hulu Sungai Ciliwung, menjadi salah satu indikator peningkatan jumlah debit Ciliwung. "Run-off air langsung masuk ke sungai sehingga terjadi peningkatan debit," kata Azhari.
Selain disebabkan cuaca ekstrem, potensi banjir Jakarta diperburuk dengan banyak titik longsoran di wilayah Puncak sehingga menambah titik run-off air yang langsung masuk ke sungai. "Banyak yang mesti diperbaiki agar run-off air di kawasan Puncak, umumnya wilayah Bogor yang menjadi daerah hulu, tidak langsung mengalir ke sungai, akan tetapi dapat ditahan atau diserap tanah," ujar Azhari.